tag:blogger.com,1999:blog-27310805589776448852023-11-17T00:43:55.057+08:00La Rosiantes et Lahardosantara mawar dan laharAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.comBlogger83125tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-35103858559666146832016-10-13T08:35:00.000+08:002016-10-14T07:09:01.731+08:00Pentingnya Rangsangan Terhadap Tumbuh Kembang Anak Anda<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Assalamualaikum Wr Wb Ayah Bunda semua, apa kabar? Bagaimana kabarnya buah hati?</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berbicara tentang anak memang tiada habisnya ya. Tingkahnya, sikapnya, ocehannya benar-benar membuat kita takjub dan tak jarang membuat kita mengalami kenaikan tensi hehe. Namun, seperti itulah cara mereka belajar. Cara mereka melihat dunia. Melihat hal yang baru dan memicu mereka rasa ingin tahu yg lebih besar. Seiring dengan perkembangan usia mereka, rasa ingin tahu ini melibatkan tak hanya indera mereka, tapi juga motorik (fisik) mereka.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw8rxMYmKPcsDDJNKEfV9H3IpJK_EKbnL1EdIMhK5iMm7Qsr4sypdrQTAthAtIvqsM_XaFnwpR-F2TKgMh2YBo7Cj99THW1G7OKSxTzgl3RLooRiGR802XOOHB7jmCmKiNcXTf8CmzVnM/s640/blogger-image-930017731.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw8rxMYmKPcsDDJNKEfV9H3IpJK_EKbnL1EdIMhK5iMm7Qsr4sypdrQTAthAtIvqsM_XaFnwpR-F2TKgMh2YBo7Cj99THW1G7OKSxTzgl3RLooRiGR802XOOHB7jmCmKiNcXTf8CmzVnM/s640/blogger-image-930017731.jpg"></a></span></span></span></div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Gak usah jauh2, saya melihat perkembangan anak saya sendiri yg sekarang menginjak usia 3 tahun lebih aja terkaget-kaget. Soalnya banyak sekali perubahan yang terjadi dari tingkah, sikap dan juga interaksi sosialnya setiap saya bawa ikut ke acara-acara (IRT sok sibuk ceritanya). Kadang saya sampai bertanya dalam hati, siapa ya yang ngajarin Nai? Koq bisa Nai ngelakuinnya? Tapi ya begitulah ya, anak-anak memang punya cara sendiri untuk belajar hal baru. Padahal jujur, saya lebih sering membiarkan anak saya untuk melakukan aktivitas yang dia inginkan ketimbang mengajarinya. Saya hanya mengajak dan melibatkannya saja jika saya sedang melakukan sesuatu.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ayah Bunda juga pasti sering mengamati perubahan-perubahan pada anak-anak bukan? Terutama kemampuan motorik mereka. Yuk kita intip apakah sudah sesuai menurut usianya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0G_BkEv9A0Zz7svHAzsAGstkGLARUbQPuNt1gCrCbl2bwpObiFmthNrNOZAOlO6NG4P72BG9DkUsey-avFbnMb60cfwNF2YiTaxbZlj5qIDEEg4dgnT5VGCrkf5Ds2YdzVh_xsKQnRN8/s640/blogger-image--1743293842.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0G_BkEv9A0Zz7svHAzsAGstkGLARUbQPuNt1gCrCbl2bwpObiFmthNrNOZAOlO6NG4P72BG9DkUsey-avFbnMb60cfwNF2YiTaxbZlj5qIDEEg4dgnT5VGCrkf5Ds2YdzVh_xsKQnRN8/s640/blogger-image--1743293842.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Y0zQi26vQtvckvqJmxJmC16b1XEG0js7W3BnJiOgd_e6hg4MJX-rndwi1hh8XQeGkNOXkekf2fC6BgWKUpYgImpumvt-7w1FXX5KYScfY_-gwxw0O5XEBcHmhoYqBbIs0TMPIfXzBuM/s640/blogger-image-96145613.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Y0zQi26vQtvckvqJmxJmC16b1XEG0js7W3BnJiOgd_e6hg4MJX-rndwi1hh8XQeGkNOXkekf2fC6BgWKUpYgImpumvt-7w1FXX5KYScfY_-gwxw0O5XEBcHmhoYqBbIs0TMPIfXzBuM/s640/blogger-image-96145613.jpg"></a></div><br></span></span></span></div>
<div><span style="text-indent: 48px; background-color: rgba(255, 255, 255, 0); font-family: verdana, sans-serif; font-size: small;">Ayah bunda, ternyata setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. </span><b style="text-indent: 48px; background-color: rgba(255, 255, 255, 0); font-family: verdana, sans-serif;">Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan.</b><span style="text-indent: 48px; background-color: rgba(255, 255, 255, 0); font-family: verdana, sans-serif; font-size: small;"> Nah, rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik sang anak. Selain pengaruh dari genetik, kesehatan dan gizi, serta budaya di lingkungan setempat tentunya. </span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><br></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;">Mengapa rangsangan sangat mempengaruhi kemampuan motorik anak? Karena dengan adanya </span><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;">rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik. Baik itu motorik kasar maupun motorik halus (gerakan sebagian tubuh). <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Banyak pakar anak yang menguraikan berbagai kegiatan untuk tahapan usia pada anak, salah satunya adalah sebagai berikut:</span></span></span></span></span><br>
<br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Usia 1-2 tahun, </b>perlu
diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media,
tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain
bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling,
dan lain-lain<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">. Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, m<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">isalnya menendang bola, melompat dengan dua kak<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">i, serta menaiki anak tangga yang diawasi orang dewasa tentunya. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br>
<br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Usia 3-4 tahun, </b>agar kemampuan dan keterampilan motorik halus dan kasar kian berkembang, anak bisa diberikan sti<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">mulasi kinestetik. Orang tua dapat mencontohkan bebe<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">rapa hal sepert<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">i berjalan atau berla<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ri zig<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">-zag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kak<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">i ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sa<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">saran seperti huruf<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulu tangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br>
<br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Usia 5-6 tahun, </b>hampir seluruh gerak kinestetik<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">nya dapat dila<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">kukan dengan efisien dan efektif. <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun di <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">kelomp<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ok usia ini anak-anak lebih men<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">y<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyuka<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">i permainan yang menggunakan kem<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada permainan-permainan dari gadget. </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><br></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;">Perkembangan dunia gadget yang semakin pesat juga banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan. Apalagi jika dalam proses pengasuhan sang anak, orang tua yang seharusnya menjadi pendidik utama justru kerap menyodorkan gadget dengan alasan agar anak mau diam. Ini tentu sedikit banyak akan berdampak pada perkembangan motorik anak terutama bila kita sebagai orang tua tidak bijak dalam menyikapi urgensi pemberian gadget. Memang yg paling repot tu soal gadget ini ya ayah bunda. Mau bikin komitmen sekuat apapun terkadang kalau sikonnya gak memungkinkan tetap deh gadget suka jadi alternatif terakhir. Terutama kalau tingkah mereka sudah gk bisa dikontrol. Padahal ya, anak kalau sudah terpapar teknologi apalagi sejak usia dini, biasanya kemampuan interaksi sosial anak akan berkurang dan mereka cenderung untuk berpikir instan, serta membuat anak menjadi tidak aktif. Untuk lebih lengkap lagi informasi dari dampak gadget terhadap anak dapat dilihat di video<a href="https://www.youtube.com/watch?v=mG_IP-TaFUA" target="_blank"> ini. </a></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><br></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: start; text-indent: 0px;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;">Tidak bisa dipungkiri, bahwa kita sebagai orang tua harus senantiasa memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak telah tercapai secara optimal. Bahkan survei membuktikan (kayak kuis famili 100 aja) bahwa keterlibatan orang tu<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">a secara langsung <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">justru memaksimalkan proses perkembangan mental dan juga motorik mereka. Nah, gimana dong kalau orang tuanya bekerja? Biasanya anak-anak yang masih kecil ada pengasuhnya, atau ada yang dititipkan di tempat penitipan anak. Maka orang tua bisa mengkomunikasikan dengan pihak tersebut untuk tidak melibatkan gadget selama dititipkan dan memastikan bahwa anak-anak <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">me<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ndapatkan rangsangan-rangsangan <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">yang baik untuk <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">perkembangan</span> mereka.</span></span></span> <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> </span></span></span></span></span></span></span><br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br></span></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dengan mengetahui perkembangan motorik <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">kasar dan halus anak maka tentunya hal tersebut<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> </span>sangat memud<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ahkan orang tua dalam me<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">mili<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">hkan aktivitas yang tepat untuk anak. Namun kadang yang namanya orang tua ya, ingin memberikan yang terbaik untuk anak seperti mainan-mainan yang menarik bahkan sampai ke level canggih. Dengan harapan anak-anak kita terhibur dan senang memainkannya. Apalagi jika bisa menggantikan gadget. <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Namun pastikan orang tua tetap harus bersabar ketika anak mengalam<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">i kesulitan di awal prosesnya karena faktor kematangan syaraf anak juga berpengaruh loh terhadap perkembangan mereka.<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> Terkadang namanya orang tua ingin anak bisa ini bisa itu. Namun jika kematangan anak belum sampai ke level yg kita harapkan pemaksaan justru akan sia-sia. Mereka tidak akan mampu kecuali berproses. Dan harus diperhatikan jangan sampai ada tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut karena hal tersebut justru dapat mengganggu proses <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">usaha anak.</span></span> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br></span></span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Nah catatan juga nih buat orang tua yang bekerja senin-jumat bahwa anak-anak itu sangat butuh perhatian dan kasih sayang. Saya yang ibu rumah tangga saja seringkali anak saya itu minta ditemani jika ia sedang main. Atau sekedar duduk saja di sebelahnya. Bahkan, dalam sehari bisa puluhan kali Nai datang sengaja memeluk saya lalu bilang, "saaayang Mama". Apa gak meleleh kita sebagai orang tua hehe... Untuk itu, usahakanlah setiap</span></span></span></span></span></span> akhir pekan orang tua<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> </span>mengajak anak-anak bere<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">kreasi maupun memperlihatkan banyak hal tentang alam sehingga terbentuk <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">kebersamaan dan <i>quality time</i> antara orang tua dan anak. Mereka akan senang sekali dan bakal menunggu akhir pekan-akhir pekan berikutnya bersama kedua orang tuanya. </span></span></span></span></span></span></span></span></span><br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br></span></span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ayah bunda, yuk m<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ulai sekarang mari menjadi orang tua yang bi<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">jak demi tumbuh kembang yang optimal anak kita :) Semoga artikel singkat ini dapat <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">berma<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">nfaat untuk semua orang tua maupun <span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">bagi calon orang tua. Aamiin</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br></span></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="background-color: rgba(255 , 255 , 255 , 0); text-align: justify; text-indent: 48px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sumber: <a href="http://laverderdapurgizi.wordpress.com/" target="_blank">disini</a></span></span></span></span></span> dan<a href="http://female.kompas.com/read/2010/05/07/16091474/ragam.stimulasi.gerak.biar.anak.cerdas" target="_blank"> ini</a></span></span></span></span></span> </span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span>
<br>
<div class="separator" style="clear: both;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br></span></span></span></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-42842250181989335972015-01-21T10:09:00.001+08:002015-01-21T10:09:07.229+08:00Jual Gelang Batu Kalimantan Cantik!!!Kabar gembira buat para wanita maupun Anda yang pria untuk wanita Anda tercinta... <div><br></div><div>Tersedia gelang batu Kalimantan. Dijamin 100% batu dengan corak yang unik-unik dan cantik. Gelang bersifat elastis karena menggunakan karet sehingga bisa menyesuaikan dengan ukuran tangan. </div><div><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz0C5NhThdTeZTvwCERA2KmljL4V-yqx_653DTTDs2YFdTZgqjHGiWp7-1WJb4PwEBUiDH6TA28ZwkV6D5i01c5gnrC10lyuodf2FJ74jSqJ18hCpmFu4vhW-RjH5Gytdj0UaXI3I5g3Y/s640/blogger-image--134951156.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz0C5NhThdTeZTvwCERA2KmljL4V-yqx_653DTTDs2YFdTZgqjHGiWp7-1WJb4PwEBUiDH6TA28ZwkV6D5i01c5gnrC10lyuodf2FJ74jSqJ18hCpmFu4vhW-RjH5Gytdj0UaXI3I5g3Y/s640/blogger-image--134951156.jpg"></a></div><div class="separator" style="clear: both;">Diameter: 7 cm, ketebalan: 1,2 cm, berat: 40 gram; tanpa karet. Warna: campuran jingga, hijau. <b>Harga Rp 100.000</b> (belum ongkir)</div><div class="separator" style="clear: both;"><br></div><div class="separator" style="clear: both;"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMaOa-WIcVPqRge15xg_ArRVEUEIzjQSAPkgme0EgpkZZdd-96UaanSSOmzmPn39hvx6PwP0lZEVUOvxKo6whyzo9NTBz9f2rwBBcf3rNMP5Dx7BuYreYSgQPtDPN3wujgbJbVEVZKOo/s640/blogger-image-1439600825.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMaOa-WIcVPqRge15xg_ArRVEUEIzjQSAPkgme0EgpkZZdd-96UaanSSOmzmPn39hvx6PwP0lZEVUOvxKo6whyzo9NTBz9f2rwBBcf3rNMP5Dx7BuYreYSgQPtDPN3wujgbJbVEVZKOo/s640/blogger-image-1439600825.jpg"></a> </div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Diameter: 6 cm, ketebalan: 2,5 cm, berat: 70 gram, menggunakan karet. Warna: hijau daun. <b>Harga Rp 120.000 </b>(belum ongkir).</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLchrh5Mi6zVY8UYRoFWDCa8V1aUFGhUUCN2QEhL-vd1dVkGytVor_k0fzWTOssRvgVcQKAckafZzl5A_1R-CehDkEXNbvezX_Z_d8M3VGVXaxxa9gVURKLRRGLgkv_4lEcGm4UL-Mjk/s640/blogger-image-32498787.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLchrh5Mi6zVY8UYRoFWDCa8V1aUFGhUUCN2QEhL-vd1dVkGytVor_k0fzWTOssRvgVcQKAckafZzl5A_1R-CehDkEXNbvezX_Z_d8M3VGVXaxxa9gVURKLRRGLgkv_4lEcGm4UL-Mjk/s640/blogger-image-32498787.jpg"></a></div>Diameter: 6 cm, ketebalan: 2,5 cm, berat: 70 gram; menggunakan karet. Warna: campuran merah, hijau. <b>Harga Rp 120.000</b> (belum ongkir)</span></div><br></div><div class="separator" style="clear: both;"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYvxTI83Yj6kkYFOsLDMuv2yMm7hojCpuChp9kdUfJ49HD6WvKc7qACb3PnV2IfvDAKGcbEoP8KApm36hvUc_Bfph-Ac9HtKfn5oF4vTzH74MWb4MI5Mc1R4JWjWTgoZR7KExeqZ_iX-E/s640/blogger-image--1080367343.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYvxTI83Yj6kkYFOsLDMuv2yMm7hojCpuChp9kdUfJ49HD6WvKc7qACb3PnV2IfvDAKGcbEoP8KApm36hvUc_Bfph-Ac9HtKfn5oF4vTzH74MWb4MI5Mc1R4JWjWTgoZR7KExeqZ_iX-E/s640/blogger-image--1080367343.jpg"></a></div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Diameter: 5,2 cm, ketebalan: 2 cm, berat: 45 gram; menggunakan karet. Warna: hijau tosca dengan corak garis random coklat. <b>Harga Rp 75.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><br></div><div class="separator" style="clear: both;"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNtATiMhVtCfw10qbGJ6SpJxVeRW1mBvn3wMUfbWXI2-A3epF6oDWYnRyr3_SLjR4KOoRvRYPYiHQF1lxgjVWAd5UQ_Af9ZBjKS4Oi-vXPi7WoDluKNvDs-hwLgwXRjyp7NAwG_-Pzcys/s640/blogger-image-191269970.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNtATiMhVtCfw10qbGJ6SpJxVeRW1mBvn3wMUfbWXI2-A3epF6oDWYnRyr3_SLjR4KOoRvRYPYiHQF1lxgjVWAd5UQ_Af9ZBjKS4Oi-vXPi7WoDluKNvDs-hwLgwXRjyp7NAwG_-Pzcys/s640/blogger-image-191269970.jpg"></a></div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Diameter: 5,8 cm, ketebalan: 1.3 cm, berat: 30 gram; menggunakan karet. Warna: coklat. <b>Harga Rp 50.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikIj5ucQAhpSbIPL8gMnAPuisc17heU6JWnheabiDekR60_ZKFMkUc-o6reBPIvAD8i9OPIqRqs8BaV1xnpGtTpJLs99yFKM2kIx_-eGCHUOVZymCRv331u24oAwZEw0se8PbzOLXrkmA/s640/blogger-image--1149456461.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikIj5ucQAhpSbIPL8gMnAPuisc17heU6JWnheabiDekR60_ZKFMkUc-o6reBPIvAD8i9OPIqRqs8BaV1xnpGtTpJLs99yFKM2kIx_-eGCHUOVZymCRv331u24oAwZEw0se8PbzOLXrkmA/s640/blogger-image--1149456461.jpg"></a></div>Diameter: 5,3 cm, ketebalan: 1,4 cm, berat: 41 gram; menggunakan karet. Warna: coklat gradasi hitam. <b>Harga Rp 50.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNCSYcTjuukE3RyCqRastT4ApG2ZazIMb0nI2cI02UTRvZhWOvsv-IjKJEWQxL_VmhoFBkfTvtib7v9GYh2uGVuckcnc9PsROj4kDYmWPcEhH9X4BptqmdOa69AuAzLi1XGK0XgutFd-8/s640/blogger-image-1182667951.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNCSYcTjuukE3RyCqRastT4ApG2ZazIMb0nI2cI02UTRvZhWOvsv-IjKJEWQxL_VmhoFBkfTvtib7v9GYh2uGVuckcnc9PsROj4kDYmWPcEhH9X4BptqmdOa69AuAzLi1XGK0XgutFd-8/s640/blogger-image-1182667951.jpg"></a></div>Diameter: 5,5 cm, ketebalan: 2 cm, berat: 40 gram; menggunakan karet. Warna: hijau tosca dengan corak garis coklat. <b>Harga Rp 75.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBTU_BgNArXMK4hM0udVNyKHDW__PjErd731E4nR_jpN6pUygtOgo8JyMPJthBAyfc-w1znH7GDWSCpUIMiz1H9mhSnlU-258b_gESnEPiSztEpC-Qj8MWs20jt9GGaDHhiTsZsKd3spY/s640/blogger-image-1350063223.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBTU_BgNArXMK4hM0udVNyKHDW__PjErd731E4nR_jpN6pUygtOgo8JyMPJthBAyfc-w1znH7GDWSCpUIMiz1H9mhSnlU-258b_gESnEPiSztEpC-Qj8MWs20jt9GGaDHhiTsZsKd3spY/s640/blogger-image-1350063223.jpg"></a></div>Diameter: 5 cm, ketebalan: 1,8 cm, berat: 25 gram; menggunakan karet. Warna: campuran coklat, hitam dengan glitter berwarna emas. <b>Harga Rp 50.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigKP34C4veAdn2oKpjTD6trlKXWntaDlkeFdWMKZzCU5KgboNiZ71OHeuBMbz3FYXFPZDwp_R5PnC-Ge95o203fxL8qfvKgv-u_y6DXAgEZxTICAoyHPpw3fhKHda0Y0f5VTMo2uIosR0/s640/blogger-image--296485568.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigKP34C4veAdn2oKpjTD6trlKXWntaDlkeFdWMKZzCU5KgboNiZ71OHeuBMbz3FYXFPZDwp_R5PnC-Ge95o203fxL8qfvKgv-u_y6DXAgEZxTICAoyHPpw3fhKHda0Y0f5VTMo2uIosR0/s640/blogger-image--296485568.jpg"></a></div>Diameter: 5,6 cm, ketebalan: 2,2 cm, berat: 40 gram; menggunakan karet. Warna: hijau tosca dengan corak garis coklat. <b>Harga Rp 75.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0xM81VJtXaks33iZaZ-WhuJccy6zALPuqU3AK6CXfn-SdYpEsjGHZv8N2gl3PUdKjqRgI4SNnL4FHhR1Pk4W4JlsEJed-smBNaffspkviNLIbwGK3DMyylNMF_c6MSgj19zRA2DENsJs/s640/blogger-image--1646318654.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0xM81VJtXaks33iZaZ-WhuJccy6zALPuqU3AK6CXfn-SdYpEsjGHZv8N2gl3PUdKjqRgI4SNnL4FHhR1Pk4W4JlsEJed-smBNaffspkviNLIbwGK3DMyylNMF_c6MSgj19zRA2DENsJs/s640/blogger-image--1646318654.jpg"></a></div>Diameter: 6,2 cm, ketebalan: 2,5 cm, berat: 70 gram; menggunakan karet. Warna: campuran coklat gradasi warna kayu. <b>Harga Rp 120.000</b> (belum ongkir)</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Untuk pemesanan hubungi:</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><b>Rosita</b></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Hp/WA: <a href="tel:081322095451" x-apple-data-detectors="true" x-apple-data-detectors-type="telephone" x-apple-data-detectors-result="1">081322095451</a></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Email: rositaelianur@yahoo.com</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pin bbm: </span><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">769408B6</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Kami hanya menyediakan produk terbaik dan pilihan. Diskon harga hanya berlaku untuk pemesanan lebih dari tiga (3) item. </span></div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-91991373470098579612014-12-06T09:42:00.001+08:002014-12-06T09:42:49.978+08:00Desember Deg-deganGak kerasa ya waktu terlalu cepat berputar. Kaget juga pas ngeliat postingan terakhir di blog sekitar Mei kemarin. Udah lama banget gak nulis blog lagi... Hohoho. Kayaknya mesti lebih konsisten lagi deh update tulisan biar gak kudet ama waktu hehe<div><br></div><div>Btw, penghujung tahun ini bener-bener bulan yang bikin deg-degan banget, bloggers. Bayangin aja, pengumuman hasil Tes Kemampuan Dasar dari seleksi CPNS 2014 Provinsi Kalimantan Timur dilakukan bulan ini. Trus jadwal perjalanan suami yang padat n akunya yang pengen mudik karena ortu mau umrah bikin jebol tabungan. Alhasil tagihan membengkak n sisa duit buat bulan ini bener2 di red alert deh. </div><div><br></div><div>Belum lagi gosip-gosip yang beredar bahwa Januari 2015 ntar bakal ada mutasi besar-besaran untuk karyawan. Mending ntar klo suami pindahnya ke Sumatera atau minimal Sanga-sanga yg masih Kaltim juga. Gimana kalo mutasinya malah ke Sorong, Papua??? Masih mending lah Sorong. Kalo Klamono??? Ooh tidaak... Bener2 bulan deg-degan deh Desember ini. </div><div><br></div><div>Apa harus minum es degan kali ya biar bisa menormalkan perasaan? Emang lagi haus aja tu, alesan doang hehe...</div><div><br></div><div>Tapi ya, memang hari esok tu rahasia banget. Gak ada yang tau. Mau nanya ke orang pintar sekalipun gak kan bisa menyamai gimana esok bakal terjadi. Yaaa... Hanya Allah lah Yang Maha Tahu :)</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-61075170002056945362014-05-11T15:40:00.003+08:002014-05-11T15:55:14.372+08:00Memori Sectio Caesar (SC), DeliveringHahaha... Bingung mau bikin judul gimana. Yang jelas intinya dari tulisan saya kali ini adalah mengenang kembali detik-detik melahirkan dulu. <div><br></div><div>Kalau diingat-ingat lagi, jujur kayak enggak percaya dulu pernah merasakan hamil. Soalnya sekarang udah gede bayinya, mau masuk 10 bulan. Gak kerasaaaa... Padahal perasaan baru aja hamilnya, nikahnya juga hehehe. Beneran, tiga tahun tuh rasa baru 3 hari. Itu lah hidup (ni tulisan jadi fokus kemana sih?). </div><div><br></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Kebetulan saya dan suami sepakat untuk melahirkan di Aceh, disamping ibunda saya tercinta. Kalo ma mertua agak segan kalau perlu apa-apa. Bareng suami, malah kejauhan aksesnya kalau sewaktu-waktu kontraksi hebat. Akhirnya, mau gak mau saya bersikeras mau melahirkan dekat mama aja. </span></div><div><br></div><div>Kebayang dong malam ini kamu masih asyik chatting ama suami yang notabene berjauhan (karena ia kerja di lapangan) trus tiba-tiba lagi enak-enaknya tidur, ada yang nendang-nendang dari dalam perut ngebet pengen keluar. Jangan bayangin kayak rasa kebelet pengen BAB. Lebih dari itu malah. Sumpah, tepat jam 2 malam tanggal 16 juli 2013 bertepatan dengan 7 Ramadhan di usia kehamilan tepat 40 minggu janin dalam perut menunjukkan aksi pemberontakan brutal pertamanya. Sakitnya luar binasa, dah! Tapi berlangsungnya hanya beberapa menit aja. Soalnya sempat berhenti lalu saya coba tidur dan terlelap selama satu jam. </div><div><br></div><div>Tapi ternyata tepat jam 3 malam sundulan janin makin menjadi-jadi. Anehnya bukan mules di perut yang saya rasakan melainkan sakit yang super duper di bagian miss V. Karena terus-terusan dan enggak tahan lagi, akhirnya saya gedor-gedor lah pintu kamar mama dan ayah yang sedang tidur lelap. Sejak itu, sakitnya nyaris tanpa interval dan saya pun panik. Tingkah udah kayak orang gila dan sempat diprotes sama mama karena mondar-mandir enggak jelas di dalam rumah. Mama menyuruh saya untuk duduk agar tenang. Boro-boro mau tenang, ini miss V rasanya udah sobek. </div><div><br></div><div>Setelah ngeliat baju tidur saya yang mulai berlendir bercampur sedikit darah, mama pun bergegas bersama ayah untuk mengantarkan saya ke RSU. Untungnya sorenya mama bersikeras untuk memasukkan pakaian bayi ke dalam koper karena jauh-jauh hari firasat beliau bilang bayi saya bakal lahir tanggal 16. Ada apa dengan tanggal 16? Ntar ulasan berikutnya :D</div><div><br></div><div>Terus terang, kondisi psikis saya bener-bener enggak siap dengan kontraksi yang lebih cepat dari perkiraan yang seharusnya tanggal 23 juli nanti. Padahal menjelang maghrib sempat kontrol juga, soalnya suka sering dorong. Tapi ya yang namanya melahirkan memang misteri. Enggak ada yang bisa memastikan. Begitu tiba di RS jam 4, oleh bidan diperiksa bagian dalam yang katanya udah bukaan 1. Masih lama, katanya. Ya Allaah, udah sakitnya ampun-ampunan. Kapan lahirnya? Trus diperiksa lagi pukul 6 lebih karena saya sempat tidur sambil nahan sakit dan penuh keringat, bukaan 3. Lalu bidan nyuruh saya untuk jalan. Tapi anehnya, saya lunglai. Enggak kuat jalan sama sekali, harus dipapah. Sementara darah udah menetes di lantai ruang bersalin. </div><div><br></div><div>Aneh yang lain lagi adalah saya sama sekali enggak sanggup tidur. Saya hanya bisa duduk untuk nahan sakit kontraksi yang terjadi. Tiap kali rebah kepala, otomatis terangkat karena takut jatuh kalau tidur terlentang. Dokter koas dan bidan memegang perut saya, langsung dapat tepisan dari saya. Enggak sopan banget, enggak tau sakit apa??? Hehe</div><div><br></div><div>Berulang kali saya minta SC segera. Tetangga yang datang atas permintaan mama menyemangati untuk normal. Bidan mulai bosan dengerin keluhan saya. Belum lagi di ruangan itu orang-orang pada sewot, bikin saya makin stress dan makin yakin memilih jalan SC di tengah perasaan sedang meregang nyawa. Apalagi mengingat suami jauh di Kalimantan. Pikiran saya melayang seketika, berangan-angan. Gimana kalau ntar saya meninggal pas lagi melahirkan, minimal bayi kami selamat walaupun saya harus kehilangan nyawa. Karena di hadapan mata seolah-olah bayang-bayang kematian itu hadir siap menjemput saya. Belum lagi melihat di tangan bidan yang sudah menyediakan obat syntho. TIDAAAK, SAYA ENGGAK MAU DIINDUKSI! Akhirnya, bulat tekad saya untuk memilih SC untuk melahirkan. </div><div><br></div><div>Ternyata harus mengantri, ada pasien yang sedang SC. Ayah menjadi wakil dari suami untuk mentandatangani surat perjanjian operasi. Sambil menunggu, saya diwajibkan melepas seluruh pakaian tanpa sehelai benang pun. Infus dipasang. Jujur, belum pernah sebelumnya saya merasakan diinfus dan dirawat di RS. Setelah usai, saya digiring ke ruang operasi. Namun tidak juga mulus, harus menunggu beberapa saat untuk para perawat dan dokter mempersiapkan alat operasi. </div><div><br></div><div>Begitu masuk ruangnya, kepala saya langsung dibalut dengan penutup plastik. Perhiasan semuanya harus dilepas, lalu tangan dihubungkan dengan tensi meter otomatis untuk memantau tekanan darah. Di atas kepala terlihat lampu operasi. Ahli anestesi menyuruh saya untuk duduk tegak dan terasa ada sensasi dingin di punggung dan segera rasa sakit yang luar binasa tadi hilang seketika. Tubuh saya kembali terlentang. Setelah itu, kaki saya disentuh dan mereka bertanya masih merasakan atau tidak. Saat memastikan saya sudah tidak merasakan apa-apa dan entah apa yang mereka lakukan, proses operasi pun dimulai. </div><div><br></div><div>Saya yang sadar mengintip dari batang lampu operasi saat perut dibelah. Lalu beberapa orang perawat mendorong perut saya dan taraaaa... Keluarlah bayi mungil merah yang langsung menangis walaupun terdengar masih ada air ketuban yang terperangkap di mulut karena belum dibersihkan. Dan saya sangat terkesima karena hanya lima menit saya proses itu berlangsung. Sophisticated! Selanjutnya saya dipersilakan untuk tidur selama penjahitan dilakukan. </div><div><br></div><div>Ahh, itulah sekelumit kisah saat menghadapi proses melahirkan. Memang ngaruh ada dan tidak adanya suami di sisi terhadap kesiapan mental saat akan melahirkan. Apalagi saya sengaja tidak memberitahu suami perihal kontraksi yang saya alami karena takut meresahkan dirinya. Alhamdulillah, suami segera berangkat setelah mendapat kabar dari mama via hp ke Aceh. Bahkan ia tidak percaya malaikat kecil itu begitu cantik :D</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8vQ-6qfFqc9SRxeoEEGxbTGiGY4wnHt-4LHou7qH1mvV_VLUm5-TojpjwLRS3ar29Ne51yEo8PTsAvHmaWtx0UdwYY0cs3Ha4PwlGuDhrE-ENMNd8Bh4p4UV4p3ffCp5BEGWYGi_99TY/s640/blogger-image-1088290024.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8vQ-6qfFqc9SRxeoEEGxbTGiGY4wnHt-4LHou7qH1mvV_VLUm5-TojpjwLRS3ar29Ne51yEo8PTsAvHmaWtx0UdwYY0cs3Ha4PwlGuDhrE-ENMNd8Bh4p4UV4p3ffCp5BEGWYGi_99TY/s640/blogger-image-1088290024.jpg"></a> <div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0bHJUnI50YcWICIl5fukcegJ_HCbL3PvC_mmwzm4M3IkuG_b54CWzez073i_nCTCAqFmKEgmDkbDihXTjmbY6gqfHySItJPxS8t2U62-LXqjH1U7VSvzfi83zyb4cUdWuqdC9t7Zyrz8/s640/blogger-image-2110878742.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0bHJUnI50YcWICIl5fukcegJ_HCbL3PvC_mmwzm4M3IkuG_b54CWzez073i_nCTCAqFmKEgmDkbDihXTjmbY6gqfHySItJPxS8t2U62-LXqjH1U7VSvzfi83zyb4cUdWuqdC9t7Zyrz8/s640/blogger-image-2110878742.jpg"></a></div></div><br></div><div>Terlepas dari pengalaman ibu-ibu lain yang juga mengambil tindakan SC, saya sama sekali tidak mengalami keluhan bahkan setelah efek obat bius selesai tidak merasakan sakit pada bekas luka operasi. Mungkin berbeda perlakuan berbeda reaksinya. Apa karena saya juga orangnya kurus ya? Jadi tidak banyak keluhan pasca operasi. Kurang tahu juga! Satu hal lagi, saya selalu mensyukuri apapun yang telah saya jalani. Walaupun orang mengelu-elukan jalan normal, kalau ternyata kondisi seseorang mengharuskan operasi, apa salahnya? Kalau ternyata normal memberi resiko untuk diambil kenapa memaksa? Yang penting bayinya sehat dan selamat, apalagi lucu dan menggemaskan haha...</div><div><br></div><div>Saya bersyukur karena dokter mengatakan bahwa plasenta janin sudah menghitam alias post date. Enggak kebayang kalau normal seperti apa jadinya. Tapi yang saya yakini, semuanya sudah Allah yang mengatur :)</div><div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-52836644124929681852014-05-09T10:03:00.001+08:002014-05-09T10:03:12.585+08:009 Bulan Gak Haid, Hamilkah???Setelah melahirkan setiap wanita pasti mengalami masa nifas. Saya melewati kurang dari 50 hari masa nifas. Tapi anehnya setelah itu hingga bayiku akan menginjak 10 bulan, haid belum kunjung tiba. Hati bertanya-tanya, hamilkah?<div><br></div><div>Memang sebulan setelah nifas usai keluar flek-flek darah saja. Tapi cuma sebentar. Sampai sekarang tidak pernah lagi muncul tanda-tanda akan haid. Cuma ya gak ngerasa hamil juga, sih. Perut juga tepos-tepos aja. Gak ada perubahan yang berarti yang menunjukkan kehamilan. </div><div><br></div><div>Setelah bertanya sana sini, mendengar pendapat fulanah fulanah, ternyata wajar saja kalau setelah nifas haidnya datang lama. Ada yang bilang itu berarti bayinya kuat mimiknya, KB alami, ASI-nya banyak dan bagus, hormon, dan banyak lagi pendapat-pendapat lain. Tak jarang malah ada yang menyarankan untuk cek ke Obgyn untuk memastikan bahwa reproduksinya bagus-bagus aja. Memang selama ini belum pernah cek ke dokter, sih. Apalagi belum KB juga 😁</div><div><br></div><div>Walaupun keyakinan saya saat ini memang KB alami dari belum datangnya haid berjalan 100%, tetap aja ada kekhawatiran gimana kalau seandainya kebobolan. Melihat Nai yang masih begitu butuh perhatian penuh, masih ngerasa keteteran dalam mengasuh, fisik dan ruhiyah saya yang juga labil, saya putuskan untuk pasang KB tak lama lagi. </div><div>Keputusan ini bukan karena menuruti ego pribadi, melainkan melihat sikon di lapangan semata-mata agar tidak ada yang terdzalimi serta dapat menjalankan amanah Allah untuk menyusui selama 2 tahun tergenapkan. </div><div><br></div><div>Tidak dipungkiri kalau sebaiknya memang KB alami yang seharusnya diambil. Tapi namanya manusia, nafsi-nafsi. Toh kenyataan di lapangan banyak sekali yang mengaku kebobolan sehingga menghadapi banyak kesulitan dalam mengasuh anak. Apalagi jaman sekarang yang begitu banyak fitnah, gak kebayang deh ntar jaman 20 tahun ke depan kayak apa. </div><div><br></div><div>Na'udzubillaahi min dzaalik. </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-43522690280556362612014-05-08T14:20:00.001+08:002014-05-08T14:20:16.632+08:00Puasanya Ibu MenyusuiMelahirkan di bulan Ramadhan terasa ada berkah tersendiri. Apalagi lahirnya tepat tanggal 7 Ramadhan. Serasa tanggal keramat aja hehe. Melihat sosok mungil yang sebelumnya cuma bisa menerka-nerka rupa, kini bisa langsung ditatap dengan tampang yang tentu saja, speechless abis. Bahagia banget ampe terdiam seribu bahasa. <div><br></div><div>Ternyata setelah menyadari bahwa membesarkan anak tidak semudah membalikkan telapak tangan, kini saya harus merasakan yang namanya ganti puasa yang jumlahnya sampai 23 hari. Apalagi, Ramadhan bakal datang akhir Juni. Itu artinya sebentar lagi. Aaaaarrrgghhh... Bukan Dek Ros namanya kalo enggak ganti puasa karena habis melahirkan!</div><div><br></div><div>Kebetulan Nai usianya sudah memasuki tujuh bulan, saya pun memutuskan untuk mengganti puasa. Kan udah mulai MPASI tuh dek Nai-nya. Jadi enggak ada alasan buat enggak puasa. Kalo alasannya kasian ntar mimiknya kurang, saya justru lebih takut untuk enggak yakin sama Allah yang jangan sampai sudah diamanahkan anak oleh-Nya malah meninggalkan kewajiban yang tidak ada uzurnya sedikitpun. </div><div><br></div><div>Hari pertama ganti puasa gempor abis. Apalagi pake acara sahur cuma minum air teh hangat aja. Alhasil, bukan cuma diri sendiri yang enggak ada bedanya kayak orang yang lagi sekarat, bayi juga ikutan muntah deh. Bisa jadi karena kurang asupan jadi asinya aneh di lidahnya. Dari situ, jadi kapok deh kalo enggak sahur dulu pas mau puasa. </div><div><br></div><div>Alhamdulillah insiden muntahnya cuma sekali itu aja. Di puasa-puasa selanjutnya Nai anteng kayak biasa. Tetap semangat dan berbahagia. Sampai hari ini, mudah-mudahan lolos ampe maghrib, dari 23 hari tersisa tinggal 14 hari lagi. Moga aja sebelum puasa Ramadhan tiba, saya udah lunasin hutang-hutang puasa ma Allah. </div><div><br></div><div>Selama ini sih modal saya untuk ganti puasa cuma dengan komitmen untuk menyelesaikan. Soalnya kalo enggak komit dan memulai, udah pasti enggak bakalan keganti puasanya. Dan sebisa mungkin mengalokasikan tiap Senin dan Kamis rutin puasa. Biar ada keleluasaan Nai untuk mendapat asupan makanan lewat ASI selain makanan penunjang lainnya. </div><div><br></div><div>Buat ibu-ibu menyusui, jangan sampai anak melalaikan kita dari ibadah wajib kepada Allah swt. Kalau puasanya masih ada yang bolong jangan tunda-tunda lagi, buruan ganti segera. Hutang sama Allah tu berat ganjarannya. Apalagi kalau secara fisik kita mampu, tidak ada alasan untuk membayar fidyah sebagai upaya menggantinya dengan puasa. Allah yang akan mencukupkan rezeki pada anak. Jadi enggak perlu khawatir anak kekurangan makanan saat kita sedang ganti puasa ;)</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-58957077173233011092014-04-25T14:57:00.001+08:002014-04-26T23:33:44.532+08:00Jangan Pernah Lepaskan Aku!"Sudah berapa kali harus kubilang? Tinggalkan dia! Kamu saja yang masih ngeyel untuk tetap bertahan sama laki-laki tak tahu adat itu."<div><br></div><div>Chat dengan seorang teman laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah mantanku - lewat media sosial pun terngiang di pikiran. </div><div><br></div><div>Dua bulan terakhir ini aku sering merasa galau. Sehingga aku mencari pelampiasan yang dapat menstabilkan emosi yang kian bertumpuk. Dalam rentang waktu yang sama suamiku kerap bersikap aneh. Entah karena sedang banyak masalah di kantor, bertengkar dengan bos, campur tangan keluarga, atau yang lebih buruk lagi mungkin ada orang ketiga. Entahlah. Yang jelas, aku tak pernah bertanya padanya. </div><div><br></div><div>Sejak keanehan sikapnya terhadapku, ketakutan untuk memulai percakapan pun muncul. Padahal biasanya suaraku mendominasi di rumah. </div><div><br></div><div>Sebagai istri yang <i>fulltime</i> mengurus rumah, mau tak mau aku butuh curhat tentang keseharianku. Apa yang telah terjadi, apa yang kurasakan, dan semuanya yang kulakukan. Itu hal yang sangat melegakan untuk menyalurkan emosi. Sayangnya momen yang kuharapkan hanya bertahan selama tiga bulan pertama pernikahan kami. Kini sudah lima bulan lebih ia mendiamkan aku. Terus terang, aku jadi tak betah. </div><div><br></div><div>Sempat terpikir untuk pulang ke rumah orang tua, tapi aku bingung dengan alasan yang akan kuutarakan. Belum lagi ceramah yang akan kuterima dari mama, yang ada makin merembet kesana-sini. Ujung-ujungnya malah makin runyam. Jadi lebih baik kupendam saja masalah keluarga kecilku rapat-rapat. Mengadu pada mertua? Sama saja seperti melempar api dalam sekam. Posisiku benar-benar terhimpit. </div><div><br></div><div>Jalan yang kutempuh adalah memutuskan untuk kembali aktif bereksis ria di dunia maya. Padahal sebelumnya aku sudah putus hubungan dengan media sosial karena ingin mengabdikan sepenuh jiwa ragaku untuk mengurus suami dan rumah. Aku tak ingin jadi korban perceraian rumah tangga yang sedang marak akhir-akhir ini. Namun di sisi lain, aku tak bisa terus-menerus menyimpan sakit di hati seperti ini. Tak ingin sampai terajut luka dari sakit yang terlanjur hadir di dada. Aku hanya ingin mendapat ketenangan batin. Ya, aku rasa itu bisa didapat dengan berbagi dengan orang lain lewat dunia maya. Akan ada banyak teman yang bisa menghiburku. </div><div><br></div><div>Aku mulai memainkan jemari lewat seluler pintar sentuhku. Setengah tahun tak kuhiraukan, ternyata sudah banyak yang mengundang pertemanan denganku. Tapi, tunggu! Nama dan foto itu. Mengingatkanku pada seseorang yang pernah singgah di hati. Oh tidak, jantungku berdegub kencang saat kulihat profilnya. Ternyata benar, itu memang dia. Mantanku semasa SMA. <b>Soni Guantheng Buanged</b>. <i>Ternyata dia masih alay</i>, batinku. </div><div><br></div><div>Tanpa pikir panjang, kuterima pertemanan darinya dengan tangan gemetar saking gembiranya. Desiran hati semakin menggebu saat kulihat ia mengirim pesan ke inbox. Katanya, sudah lama ia mencariku dan kangen. Sumpah, hatiku berbunga-bunga. Dalam sekejap saja segala masalah yang seolah menggunung lenyap seketika. </div><div><br></div><div><b>Sony </b><b style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Guantheng</b><b style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"> Buanged:</b><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"> Nina, kamu masih ingat aku, kan? Kamu kemana aja? Aku kangen. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Tanpa pikir panjang segera kubalas,</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Nina Sigadis Ting Ting: </b>Soooooon, kamu dimana??? Aku juga kangen...</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kutunggu balasan darinya, berharap ia sedang online. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Satu menit. Dua menit. Lima menit. Huh, kemana sih dia? Hanya terkirim saja, ia belum membacanya. Sambil menikmati tontonan tv favorit sambil duduk santai di sofa, terdengar nada pesan masuk dari medsos messenger dari hpku. Segera kurampas hp dan kubuka pesan yang masuk. Dari dia. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Sony </b><b>Guantheng</b><b> Buanged: </b>Hai, Nina... </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pakabar? </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><b style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Nina Sigadis Ting Ting: </b><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Baik, Son. </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Sony </b><b>Guantheng</b><b> Buanged: </b></span><span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0); -webkit-text-size-adjust: auto; font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Enggak nyangka ketemu lagi meski di dumay :) </span></div><div><span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0); -webkit-text-size-adjust: auto; font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><b style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Nina Sigadis Ting Ting: </b><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">I</span><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto;">ya rasa seabad enggak ketemu kamu</span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Sony </b><b>Guantheng</b><b> Buanged: </b></span><span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0); -webkit-text-size-adjust: auto; font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Dimana sekarang? </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sudah menikah?</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><b style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Nina Sigadis Ting Ting: </b><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Aku enggak kemana-mana, Son</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Disini-sini saja</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Aku sudah menikah, Son. Kamu?</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Lama ia membalas chatku. Sepertinya sedang berpikir atau malah kecewa. Hiks. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Sony </b><b>Guantheng</b><b> Buanged: </b>:)</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Masih single. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Entah bagaimana perasaanku saat ia katakan belum menikah. Menyesal, senang campur aduk. Di tengah peliknya suasana hati, berandai-andai terasa lebih menyenangkan. Ah, seandainya Sony bla bla bla. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">***</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Percakapan di dunia maya antara kami berdua semakin intens. Awalnya berbincang ringan seputar aktivitasnya, meningkat jadi lebih perhatian, dan aku merasa kami semakin dekat. Hingga tiba di suatu titik di mana aku berani berkeluh kesah tentang situasi yang kuanggap 'masalah' di rumah. Memutuskan untuk curhat padanya karena aku butuh pelampiasan atas kekesalanku pada suami yang terasa semakin jauh dariku.</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sony menyambut baik keputusanku dan ia mau menampung segala muntahan kekesalan. Perhatiannya semakin membuatku candu. Tak bisa sehari tanpa sapaan darinya. Jalinan hubungan dengan mantanku itu membuat hidup ini kembali cerah. Ke</span><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: auto;">bahagiaan sesaat yang sangat kunikmati meski setiap suami pulang ke rumah, kembali serasa tinggal di neraka. </span><span style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0); -webkit-text-size-adjust: auto; font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Bahkan aku sampai memasang target. Seandainya sampai hari ulang tahunku yang tinggal seminggu lagi sikapnya masih seperti itu, maka anjuran Sony akan kuindahkan. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div>Namun sungguh tak disangka-sangka. Sikap jutek suami ada maksudnya. Ia sengaja mendiamkanku karena ingin memberi kejutan tepat di hari ulang tahun. Aku terharu. Teramat sangat. Wanita mana yang tidak bahagia ketika suami mengajak ke taman rumah yang ia sengaja menyalakan lampu kerlap-kerlip bertuliskan 'Happy Birthday My Honey'. Perempuan mana yang tak kan senang ketika suami menyerahkan sertifikat rumah yang bertahtakan nama istrinya disana setelah selama ini tinggal di kontrakan yang kurang layak untuk pasangan pengantin baru seperti kami. Dan aku pun menangis merangkul suamiku erat. Seerat yang kubisa. Aku menyesal. </div><div><br></div><div>Ya, aku menyesal atas ulah bodoh yang selama ini kulakukan secara diam-diam. Di saat suami mendiamkanku, sebenarnya ia sedang merencanakan sesuatu yang indah untukku. Tapi yang kulakukan justru kebalikannya. Andai ia tahu. Tidak! <span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Aku tak mau kehilangan suamiku tercinta hanya karena kecerobohan dan tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. </span><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Yang membuatku gusar adalah bagaimana menghentikan Sony yang terus-menerus menghubungiku lewat medsos dan seluler. Bagaimanapun juga aku harus menghentikannya! </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Maka yang kulakukan adalah menonaktifkan akun medsos agar tak dapat diakses siapapun dan memblok nomor hp lelaki itu. Namanya yang semula tertulis sebagai 'Sony' segera kuganti dengan 'Sonya'. Berbohong demi menyelamatkan keutuhan rumah tangga lebih baik selama tidak terus-menerus kulanjutkan, menurutku. Lalu menghentikan sepenuhnya tindakan yang sudah terlanjur terjadi. Sungguh, berbuat hal yang tidak baik itu lebih meresahkan dibanding kata resah itu sendiri. Kapok. </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Setelah hari ulang tahunku dan hari-hari selanjutnya, rumah tangga kami kembali mesra. Hari-hari terasa lebih indah tanpa beban perasaan. Tak pernah lagi kutunggu sms maupun telepon dari Sony, apalagi chatting dengannya. Putus hubungan dengan medsos, putus hubungan dengan Sony. Tak ada lagi jejaknya sama sekali yang perlu kukhawatirkan. Aku benar-benar sudah melupakannya. </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">"Sayang, maafin ya atas sikapku selama ini. Kamu memang istri yang sangat sabar. Beruntung aku memilikimu." Ucap suami yang membuat jantungku berdebar kencang. Teringat kesalahan yang lebih fatal akibatnya, jika terendus olehnya. Dalam situasi seperti ini, seharusnya aku yang harus berkata demikian. Tak terasa air mata pun menetes. </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">"Sayang, sayang, a-ada apa? Mengapa kamu menangis? Maafkan aku!" Tanya pangeranku gelagapan melihat reaksi dariku. Khawatir telah menyakiti hatiku. Ia menduga aku masih menyimpan dendam karena pernah menyakiti hatiku. </span></div><div><span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></span></div><div><font face="Helvetica Neue Light, HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif">Aku menggelengkan kepala tanda tidak apa-apa. Kupandangi wajah suami lekat-lekat, tak kupedulikan air mata yang semakin berlinang. Guratan halus mulai terlihat dari hasil kerja kerasnya untuk menafkahiku. Oh, suamiku. <i>Kau bukanlah sekedar manusia biasa, melainkan malaikat penjaga yang sengaja Allah kirimkan untukku,</i> batin ini berseru. </font></div><div><font face="Helvetica Neue Light, HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif"><br></font></div><div><font face="Helvetica Neue Light, HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif">Kurangkul tubuh ringkih priaku seerat-eratnya. Bibir ini tak berhenti bertasbih, mensyukuri apa yang telah menjadi keputusan-Nya. Sungguh indah skenario-Nya yang masih menyayangiku dengan menutupi segala keburukan. Membuat diri ini berjanji untuk setia padanya sampai mati. Berkata dalam hati, "Tolong! jangan pernah lepaskan aku dari pelukanmu."</font></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-57327446234442274692014-04-15T11:07:00.001+08:002014-04-17T14:46:49.090+08:00(LAGI) Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci AnginSaya ingin mengupas karya Bang Tere yang lainnya. Suka banget dengan covernya yang bergambar daun. Cocok banget sama judulnya. Bukan hanya cover, isi bukunya juga bikin perasaan saya teraduk-aduk selama kurang dari 48 jam baca sampai habis. Memangnya gimana sih?<div><br></div><div>Khas Bang Tere banget, dia mendeskripsikan setting karakternya dengan sangat terlihat. Langsung kebayang! Padahal bahasa yang digunakan tu sederhana banget, gak muluk-muluk dengan diksi yang bikin pusing mikirnya. Gampang dimengerti dan jauh dari kata bertele-tele alias to the point. Alhasil, apapun yang dilihat sama si "Aku" disitu juga jelas sama kita pembacanya. Ya, di novelnya yang satu ini menggunakan sudut pandang orang pertama. </div><div><br></div><div>Yang gak pernah ketinggalan adalah dialog-dialog andalan Bang Tere yang bener-bener jago mainin perasaan pembacanya. Saya tu sampai dibikin senang, kecewa, sedih, tertawa, sebal setengah mati dan juga meleleh keluar air mata. Lihai banget penulis yang satu ini dalam menulis cerita. Belum lagi penokohan atau karakter di dalamnya jelas banget. Kalau tokoh utamanya keras kepala, ntar ada tokoh yang baik budi, tapi gak ketinggalan pasti ada yang jenaka. Karakter masing-masing juga konsisten banget. Didukung sama dialognya yang memperjelas watak tokohnya. Bikin yang baca bertekuk lutut untuk penasaran baca terus. Ketagihan!</div><div><br></div><div>Yang punya nama asli Darwis ini juga kalau nulis seringkali mengusung kisah anak-anak yang latar belakangnya kurang beruntung. Namun karena tekad yang luar biasa mereka yang awalnya ditendang malah jadi disayang pada akhirnya. Prosesnya itu yang apik banget dikisahkan oleh penulis satu ini. Dan keliatan banget kalau beliau melakukan riset dulu sebelum nulis sehingga kita pembacanya juga menjiwai banget cerita dan terhadap tokohnya. </div><div><br></div><div>Penasaran kan ama ceritanya?</div><div><br></div><div>Singkatnya sih ini kisah dua anak yatim yang harus hidup di rumah kardus di pinggir kota. Awalnya mereka hidup senang tanpa harus bekerja, namun nasib mengharuskan mereka mengamen dan meninggalkan sekolah semenjak ayah Tania dan Dede meninggal. </div><div><br></div><div>Adalah Om Danar yang terpaut 16 tahun dengan Tania yang sangat ringan tangan membantu keluarga mereka. Menyekolahkan ia dan adiknya hingga memberikan uang bulanan kepada ibu mereka. </div><div><br></div><div>Kisah cinta yang pelik ditorehkan dalam novel ini. Benar-benar pelik. Saya ampe gemes ngebayanginnya. Kesel sendiri ama tokohnya. Tapi yang menghibur adalah tokoh Dede yang jenaka lewat dialog-dialognya yang ketus tapi berbalut humor. </div><div><br></div><div>Endingnya sama sekali enggak ketebak ama saya. Bener-bener menggemaskan haha. </div><div><br></div><div>Intinya sebenarnya hanya bayangan Tania di masa enam tahun silam di sebuah toko buku yang memorable banget baginya. Hingga toko mau tutup dia bergegas menemui seseorang berharap menemukan jawaban atas teka-teki hidup dan cintanya.</div><div><br></div><div>A must have book deh!</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-19878763015759461582014-04-12T14:29:00.001+08:002014-04-12T14:29:32.174+08:00Dua Lembar Biru PenyelamatBangun pagi tadi suami ngajakin ke kota karena ada rapat dengan vendornya. Sekalian belanja, pikirku. Ia mengingatkan pukul sepuluh teng harus sudah siap berangkat. Oke, jawabku. <div><br></div><div>Bayi sudah selesai kudandani. Aku dan suami juga siap untuk berangkat. Ada yang belum ternyata. Dompet. Aku ingat tadi pagi sudah memasukkan sejumlah uang ke dalamnya. Langsung masuk kamar untuk mengambilnya dan kuletakkan di atas meja terlebih dahulu. Ada hpku yang bersanding dengan dompet warna putih itu. </div><div><br></div><div>Sementara aku ke kamar mengambil kaos kaki, suami sudah menuju mobil bersama bayi kami tercinta. Cepat-cepat kuambil hp karena dompet sudah tak terlihat di antara tumpukan benda-benda di meja. Pasti suami sudah mengamankannya. Sebelumnya aku sempat mengambil lagi seratus ribu, takut uangnya kurang karena harus belanja untuk bekal satu minggu ke depan. </div><div><br></div><div>Masuk mobil kutanya suami,"Bang, dompet adek udah abang ambil?", dengan segera ia jawab,"Udah nih," sambil menyentuh saku belakang celananya. Bayi kurangkul dan suami langsung tancap gas. </div><div><br></div><div>Setelah rapat selesai, tiba waktunya untuk makan siang. Lumayan bosan menunggu di dalam mobil, walaupun sempat foto selfie bersama bayi sebagai selingan saat memberinya makan. </div><div><br></div><div>"Ayo kita ke Town Hall, makan siang disana," ajak suami. </div><div><br></div><div>"Haayuuk... Siapa takut?" Jawabku ngasal.</div><div><br></div><div>Tiba disana aku memesan soto ayam dan jeruk hangat. Pas untuk cuaca yang sedikit mendung, menurutku. Sementara suami memesan mie ayam dan es kelapa muda. Tidak pas sama sekali dengan cuaca yang juga sedikit dingin. Sebelum diantar, suami yang sudah kutitip uang seratus ribu di kantongnya membeli risoles untuk makanan pembuka. </div><div><br></div><div>Setelah makanan dan minuman raib dari wadahnya, kami memutuskan untuk pulang. Sebelumnya kupastikan dahulu apa pesanannya sudah dibayar atau belum karena dompetku dipegang oleh suami dan ia yang memesankan. </div><div><br></div><div>"Pesanan ini udah abang bayar, belum?" </div><div><br></div><div>"Belum." Lantas suamiku menggendong bayi kami. </div><div><br></div><div>"Yaudah sini dompet adek biar adek bayar," pintaku. Tak disangka wajah panik yang kemudian tergambar dari wajah suamiku. </div><div><br></div><div>"Loh, koq sama abang? Enggak ada di abang. Dompet abang enggak ada duitnya," jawabnya setengah panik sambil menyentuh saku belakang, sementara tangan satunya menyangga pantat bayi kami. Lalu sadar dari dua lembar lima puluh ribuan yang telah dibelikan risoles, sisanya diserahkan padaku. Tersisa tujuh puluh ribu. Uang pun berpindah tangan padaku. </div><div><br></div><div>"Lah, tadi sebelum berangkat kan udah adek tanya ma abang katanya udah abang ambil. Gimana, sih?" Kami masih berdebat sambil melangkahkan kaki menuju warung makan pesanan kami. </div><div><br></div><div>"Abang kira tadi adek nanya dompet abang. Yaudah bayar aja dulu, kalau kurang ambil atm ntar." Suamiku nyengir kuda sambil pasang tampang innocent. </div><div><br></div><div>Untungnya, kami makan bukan di tempat biasanya. Harga di Town Hall memang miring dan hanya menghabiskan Rp 42.000 saja dari pesanan kami berdua. Aku ingat sekali ketika membayar di tiga tempat yang berbeda. Aku seperti menanyakan mau angpao berapa pada tiga orang penjual dari warung yang berbeda. Sampai tahan nafas berharap uangnya cukup untuk membayar. Bahkan saat menuju mobil sempat-sempatnya kami saling menyalahkan sambil tertawa-tawa seperti orang gila. Sementara bayi kami yang tak tahu apa-apa hanya bisa menyaksikan tingkah konyol kedua orang tuanya. Ada-ada saja. </div><div><br></div><div>Tapi ada hikmah besar yang menjadi pelajaran dari kejadian ini. Entah ada angin apa yang menggerakkanku untuk mengambil dua lembar lima puluh ribu dari amplop "rahasia". Dan memang tinggal segitu lagi uang di dalamnya. Dua lembar inilah yang menyelamatkan kami dari transaksi yang nyaris berakhir dengan malu tadi. Lain kali tidak mau lagi terulang kembali tragedi dompet yang konyol ini. </div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-53433472117734230172014-04-01T17:07:00.000+08:002014-04-01T21:57:57.598+08:00(GIVEAWAY) Ayah, Sang Pendongeng yang Piawai<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRAqEgFlB5TNmrQmACDTCH3uG6F3zkXrG7xb4oCNKG7R-3MLxx5odZCYhH_Pan1UTPySzvoOXTP3JtU3FQEK5WkMeuV_fHqOITgz7tdJnO1UouBqZ60wdW2PWJ0iTstdABBmE9EOqhvp8/s1600/cover+kump+dongeng+anak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRAqEgFlB5TNmrQmACDTCH3uG6F3zkXrG7xb4oCNKG7R-3MLxx5odZCYhH_Pan1UTPySzvoOXTP3JtU3FQEK5WkMeuV_fHqOITgz7tdJnO1UouBqZ60wdW2PWJ0iTstdABBmE9EOqhvp8/s1600/cover+kump+dongeng+anak.jpg" height="207" width="320"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cover Kumpulan Dongeng Anak Karya Hastira Soekardi</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ngomong-ngomong soal dongeng, hal pertama kali yang terlintas di benak saya adalah masa kecil. Setiap habis maghrib sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga untuk berkumpul di kamar Mama dan Ayah. Sambil menunggu waktu makan malam, biasanya Ayah mendongeng terlebih dahulu sesuai <i>request</i>. Saking banyaknya koleksi dongeng yang mampu diingat olehnya. </span></span><br>
<br>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kadang suka ketawa sendiri mengingat masa kecil dulu. Senang sekali jika waktu berkumpul sudah tiba karena dongeng <i>time</i> itu yang ditunggu-tunggu sebenarnya. Penasaran dengan cerita-cerita yang akan Ayah kisahkan karena beliau piawai sekali dalam mendongeng. Antusias sekali untuk mendengarkan beliau, terutama suara-suara yang berbeda agar tokoh yang dikisahkan terdengar kentara.</span></span></span></span><br>
<br>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Seringkali saya dan adik-adik berebutan untuk didongengkan. Kisah andalan Ayah antara lain; cerita para Nabi dan Rasul dari Adam as hingga Rasulullah saw, si kancil dan buaya, Gareng dan Petruk, termasuk dongeng karangan ayah sendiri. </span></span><br>
<br>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tanpa disadari, banyak nilai dan manfaat yang didapat ketika mendengarkan dongeng. Tidak hanya menstimulus kemampuan berimajinasi dari sebuah kisah, tetapi juga membangun daya pikir lewat pertanyaan-pertanyaan yang timbul terhadap tokoh maupun latar ceritanya. Penasaran pun timbul untuk mengetahui kelanjutan ceritanya, walaupun sudah berulang kali kisah yang sama diceritakan. Hal yang sangat signifikan terasa hingga saat ini adalah tumbuhnya wawasan dan nilai agama pada diri sehingga lebih religius dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dongeng yang Ayah ceritakan menginspirasi saya untuk menulis. </span></span><br>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sejak usia Sekolah Dasar (SD) saya suka sekali menulis curhatan singkat. Apa yang sudah terjadi hari itu dan apa yang saya rasakan. Hingga untuk pertama kalinya saya memiliki diary saat menginjak bangku SMP dan mulai menuliskan segala hal disana. Namun, mengisahkan tentang cerita anak bermula dari keikutsertaan dalam event menulis dari salah satu penerbit. Bersyukur sekali karena cerita saya terpilih untuk dijadikan salah satu antologi dalam buku kumpulan cerita anak. </span></span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Antologi cernak saya berjudul "Janji Lara", mengisahkan seorang anak perempuan bernama Lara yang lebih memilih bermain <i>games</i> di PSP daripada mengaji di surau. Dalam tulisan tersebut, saya menonjolkan kekuatan mimpi yang mengarahkan pada pilihan yang harus diambil Lara dari sikapnya, serta manfaat jika ia rajin mengaji. Selain itu, dialog Lara dengan ibunya memuat nilai moral bahwa seorang anak hendaklah menuruti perintah orang tua. Saya juga punya harapan, melalui antologi saya ini kelak bayi saya dapat merasakan pula manfaatnya.</span></span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Meskipun anak saya masih bayi, sesekali saya menyuarakan apa yang sedang saya baca dan menunjukkan padanya bacaan tersebut. Kelihatannya tipe anak saya audio karena senang mendengar bunyi-bunyian. Hal ini membuat saya tidak sabar supaya ia cepat besar. Agar bisa mengikuti jejak Ayah untuk menceritakan puluhan hingga ratusan dongeng padanya. Ingin melihat seberapa antusias ia mendengarkan, sejauh apa rasa penasaran yang tumbuh, seterang apa binaran di matanya saat saya menceritakan dongeng padanya seperti yang Ayah lakukan dulu. Sekaligus membuktikan sepiawai apa kemampuan mendongeng saya nantinya. Semoga bisa seperti Ayah. <a href="http://mamahtira.blogspot.com/2014/03/giveaway-semua-tentang-dongeng-anak.html" target="_blank">mamahtira</a></span></span><br>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-66350518256491080922014-03-25T16:07:00.001+08:002014-03-25T16:15:18.906+08:00Kini Kumengerti, Mama!Dulu ketika masih sendiri, banyak sekali teman-teman bilang kalau aku sangat ekspresif. Bila berbicara mataku berbinar-binar, menyiratkan semangat yang mampu menularkan ke lawan bicara. <div><br></div><div>Begitu pula setiap kali aku berbicara dengan mama. Aku yang lebih sering menghabiskan waktu di sekolah ketimbang di rumah selalu memberi laporan kegiatan-kegiatanku padanya. Mama sungguh pendengar yang paling baik. </div><div><br></div><div>Hingga saatnya aku kuliah, pun jauh dari tanah kelahiran. Bisa kupastikan waktuku habis hanya untuk memikirkan urusan sekolah dan diriku saja. Pulang hanya saat lebaran Idul Fitri atau libur semester genap. Aku harus memilih salah satu dari kedua waktu tersebut. </div><div><br></div><div>Mama benar-benar sudah memperhitungkan kematangan usiaku untuk bisa diajak curhat olehnya. Diluar dugaanku selama ini yang berpikir betapa idealnya keadaan rumah tangga yang sudah terbina lebih dari 20 tahun itu. Tak pernah kulihat pertengkaran maupun masalah diantara mereka. Ternyata aku salah! Mereka selama itu tidak baik-baik saja. Namun aku bersyukur mereka tetap bertahan. Hebatnya mereka mampu menutup rapat-rapat masalah yang terjadi pada kami, anak-anaknya.</div><div><br></div><div>Hari indah itu datang. Akhirnya sang pangeran berkuda putih datang menjemput. Tidak tanggung-tanggung, ia membawa jauh diriku dari orang tuaku dan juga orang tuanya. Kami hidup berdua jauh di perantauan. Saat itu, yang aku pikirkan adalah hidup bersama orang terkasih itu akan sangat membahagiakan.</div><div><br></div><div>Hari-hari berdua pun kami lalui. Pacaran setelah menikah pun kami jalani. Benar-benar pacaran. Kami sama-sama belajar mengenali karakter masing-masing dan mengelola rumah tangga. Di tengah kebahagiaan yang kami rasakan tentu ada juga masa-masa sulit. Kujadikan setiap masalah yang muncul sebagai sebuah tantangan untuk segera diselesaikan. Ibarat perahu, aku harus mengendalikan kemudinya semaksimal mungkin jika tidak ingin karam diterjang badai. </div><div><br></div><div>Dan aku selalu teringat akan dirimu, Mama! Mungkin mama berpikir jika anak sulung dan wanita satu-satunya ini jarang mengingatmu karena jarang menelepon? Tidak, Ma! Setiap bulir darah yang mengalir di tubuh ini menjadi saksi bahwa di hatiku namamu selalu terpatri. Seperti ini juakah yang mama rasakan selama ini? Sakit. Gembira. Kecewa. Bahagia. Terus berputar mempermainkan jiwa dan perasaan. Datang silih berganti. Namun kami masih bisa melalui badai dan ombak yang datang. </div><div><br></div><div>Malaikat kecil kami pun lahir ke dunia. Kebahagiaan lain yang kurasakan. Mungkin setelah ini kesenangan yang kuimpikan terus abadi itu akan datang. Ternyata tidak! Ada saja cobaan demi cobaan yang datang. Kadang aku berpikir, bodoh sekali aku yang terlalu mengedepankan perasaan dibanding logika. Yang ada capek hati saja! Enak sekali menjadi lelaki, pikirku. </div><div><br></div><div>Tapi sisi lain hatiku meredamnya saat aku memilih untuk mengingat mama dan ibu mertua. Mereka juga pasti terlebih dahulu merasakannya. Pahit getir yang lebih menghujam yang seringkali menyiksa. Namun mereka sudah berhasil melaluinya setelah berdamai dengan hati masing-masing. Mereka juga memilih untuk mengorbankan perasaan demi keutuhan rumah tangga. Ya, mama pernah bilang padaku bahwa setiap kelahiran anak maka cobaan juga berdatangan. Dulu aku tidak menanggapinya, tapi sekarang kualami sendiri. Kadang ingin curhat, tapi terlanjur malu dan tidak patut saja. Biarlah kemesraan saja yang mereka tahu. Seperti yang sudah mereka lakukan. </div><div><br></div><div>Seorang teman mengunjungiku untuk melihat bayi perempuan kami yang masih merah. Karena ia belum juga menikah, akupun menyindir halus dirinya. Kupikir ia akan menjawab dengan alasan klise. Sangat mengagetkan mendengar jawaban darinya. </div><div>"Jika pun ada yang mau denganku, mungkin jalinan itu tak kan lama. Kau tahu sekali aku orangnya bagaimana, kan? Lagipula matamu yang dulu berbinar-binar saat berbicara, kini tampak redup. Apa karena sering begadang? Kurasa tidak."</div><div><br></div><div>Terus terang, sempat terperanjat ketika kudengar paparannya yang disampaikan sesantai mungkin. Hasil analisa yang teliti dan mungkin ada benarnya. Bahkan tak terpikir olehku sebelumnya. </div><div><br></div><div>Perkataannya mengingatkanku akan raut wajah mama yang mulai bergaris disana-sini. Mata itu. Mata yang kuyakin dulu juga berbinar dari segudang prestasi yang ia ceritakan padaku. Yang membakar semangat untuk bisa melebihinya sampai aku berhasil. Yang bersedia mendengarkan segala hal tentangku, yang setia menemaniku kala sedih dan senang, dan masih banyak lagi.</div><div><br></div><div>Terlambat! Kemana saja aku selama ini? Bahkan awal mula binaran itu meredup pun aku tak tahu. Keluh kesahnya tak pernah kutanya. Aku hanya sibuk dengan urusanku sendiri hingga seringkali tak bisa berbuat lebih untuk orang yang telah melahirkanku. Atau ini karma? Karena hampir tak ada waktu yang kuluangkan untuk kedua orang tuaku sehingga semua ini ditimpakan kepadaku? </div><div><br></div><div>Kini aku paham maksudmu, Ma! Aku paham apa yang engkau rasakan selama ini. Aku mengerti mengapa sikap itu yang kau ambil ketika menghadapi Ayah. Aku percaya semua nasihatmu menjelang pernikahanku dulu. Tapi aku terlambat untuk memperoleh ilmunya. Aku justru harus setiap detik mempelajarinya karena ilmu dalam rumah tangga terus bertambah. Hanya saja itu semua tergantung padaku. Mau kupelajari atau tidak! </div><div><br></div><div>Satu hal yang dapat kukatakan. Rumah tangga yang selalu bahagia hanya kau dapatkan di sinetron saja dan skenarionya diciptakan sendiri. Berbeda dengan skenario Allah, sesulit apapun kau membina rumah tangga selalu ada maksud dari-Nya. Kini kumengerti, Ma!</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-14362587858349712902014-03-24T00:25:00.001+08:002014-03-24T11:05:06.615+08:00Rasa Yang Tak SeharusnyaAku tahu ini salah! Pun jua tidak sepenuhnya salahku bila rasa ini hadir. Ia datang begitu saja tanpa diundang ke relung hati yang memberi sedikit ruang untuknya. Ah, atau aku salah menafsirkan perasaanku?<div><br></div><div>"How are you, pretty girl?" tanya Ben tersenyum yang hampir setiap menit menanyakan soal yang sama. Retoris. Namun anehnya, aku suka sekali ditanya terus walaupun diulangi ribuan kali setiap hari. </div><div>"I'm fine. And you?" tak jemu kusambut dengan jawaban serupa, kendati kuucapkan berulang-ulang kali padanya. Tak lupa senyuman manis sebagai pengganti ucapan "<i>Jangan bosan untuk terus bertanya kabarku</i>" padanya. </div><div><br></div><div>Hubunganku dengan Ben tak lebih dari seorang peneliti <i>to be</i> dengan peneliti senior. Ia berkebangsaan Kanada yang sedang meneliti tentang herpetofauna di Indonesia. Sementara dosen pembimbingku yang <i>notabene</i> adalah koleganya, memintaku untuk menjadi penerjemah selama di lapangan sekaligus mengumpulkan data untuk keperluan skripsi. </div><div><br></div><div>Ben tak sendiri. Ada beberapa rekan peneliti lain yang ikut. Namun, hanya dia yang suka mengajakku bercanda. Hanya dia yang suka mengambil fotoku yang tanpa ekspresi. Hanya dia yang bisa membuatku merasakan 'rasa'. Hanya ia yang bisa membuat waktu dua bulan di lapangan tidak terasa lama.</div><div><br></div><div>Hingga suatu hari, ia menunjukkan foto-foto dari laptop. Banyak foto-fotoku disana. Ah, hatiku berdesir dan senang tak terkira. Bagaimana rasanya diistimewakan? Ya, begitulah yang terasa saat melihat foto-foto wajahku di layar 14 inch milik Ben. Dapat kupastikan setengahnya dari album yang ia perlihatkan adalah gambar-gambarku. Selebihnya berupa spesies-spesies dari hewan amfibi dan reptil hasil jepretannya di lapangan. <i>Huh, jangan-jangan ia menyamakan wajahku dengan mereka</i>, batinku berbisik. </div><div><br></div><div>Belum puas kunikmati kebahagiaan di hati, senyumku sontak berubah sedatar mungkin saat gambar terakhir terlihat di layar. </div><div>"Sorry, that's my ex-wife."</div><div><i>Ia duda!</i></div><div><i><br></i></div><div>Setelah penelitian usai, Ben dan beberapa rekan lain kembali ke Canada. Sementara dua rekan yang masih di Indonesia harus mengurus <i>spesimen </i>hewan di laboratorium jurusan Biologi kampusku. Salah satu dari mereka yang bernama Jim berkata,"Ben said something to me about you."</div><div>"What's that?" tiba-tiba degub jantungku kencang, tak mampu kukendalikan. Aku tak sabar mendengar apa yang hendak diutarakan Jim. Sungguh hari-hariku terasa hambar tanpa pertanyaan retoris dari Ben. Aku merindukannya.</div><div>"You are the most beautiful girl that he ever spoke to!"</div><div><br></div><div>Nafasku tertahan sesaat. Masih dengan debaran yang makin tak keruan, ditambah lagi desiran hati yang membuatku nyaris kaku. Ingin rasanya aku berteriak saat itu. Andaikan Ben disini saat ini!</div><div><br></div><div><i>Oh, Ben. Sadis sekali caramu menghujamkan panah asmara dari Canada sana ke hatiku. Kau memang romantis, Ben. Namun, semanis apapun kata yang terlontar hanya akan memperparah rasaku saat ini. Ya Ben, 'rasa' yang tak seharusnya hinggap di hatiku. Aku sudah punya kekasih! </i>(<a href="http://www.lovrinz.com/" style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">http://www.lovrinz.com/</a>)</div><div><br></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><b>Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway Keping Hati</b></span></div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWzZ0Y5ZDBFYh_hyqWMJ_IA7j4LxxjZcRlhsHfuIAMBVEk5UAhyh4v9yVKdioJ6bKL5KD7JLCEH1o9yo6fnx8rUfZKpaYeiL8jQlHvT8O8-CPJ1g27dJy0sugC3zW50qUrLNRLqosdqVQ/s640/blogger-image--1683245080.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWzZ0Y5ZDBFYh_hyqWMJ_IA7j4LxxjZcRlhsHfuIAMBVEk5UAhyh4v9yVKdioJ6bKL5KD7JLCEH1o9yo6fnx8rUfZKpaYeiL8jQlHvT8O8-CPJ1g27dJy0sugC3zW50qUrLNRLqosdqVQ/s640/blogger-image--1683245080.jpg"></a></div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-27683824180703294842014-03-20T15:54:00.001+08:002014-03-24T00:39:07.302+08:00Dunia: neraka bagi si Kafir, surga bagi yang MukminWah apa ni maksudnya judul tulisan koq kayak gitu?<div><br></div><div>Tidak bermaksud menyudutkan orang kafir maupun orang mukmin. Bahkan saya sendiri tidak tahu apakah Allah menilai diri saya sebagai seorang kufur atau beriman. </div><div><br></div><div>Sebagaimana lagu Nike Ardila yang bersyair "dunia ini panggung sandiwara", bukan sekadar isapan jempol belaka. Ternyata sudah tertuang sejak 1.400 tahun yang lalu dalam Alquran. Dunia ini penuh dengan permainan dan senda gurau kata-Nya.</div><div><br></div><div>Hari ini kita ketawa ngakak sampai sakit perut, eh tidak lama kemudian kita menangis sesenggukan. Baru sebentar merasakan secercah harapan enggak tahunya harus menelan pahit kekecewaan setelahnya. Detik ini kita masih merasa aman dari keadaan, ternyata saat berhijrah ke suatu tempat situasi mencekam di depan mata tidak terhindarkan. Berlaku sebaliknya, seperti senda gurau.</div><div><br></div><div>Belum lagi si pecinta dunia, mudahnya ia terlena dengan gemerlapnya yang fana. Kesenangan sesaat di atas meja judi, kenikmatan bujuk rayu setan dari kehidupan malam yang kelam, pelampiasan kekecewaan dengan narkotika. Segala bentuk kepalsuan yang menggiurkan si pengikut hawa nafsu untuk diikuti. Bahkan ia juga takut mati dan kehabisan harta benda. Termasuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang disebut sebagai 'keuntungan' olehnya. </div><div><br></div><div>Namun bagi mereka yang lain, dunia itu sangat menyengsarakan. Bukan karena harta, tahta, wanita dan anak-anak. Melainkan kehidupan setelahnya. Yang hatinya rindu untuk dapat menatap-Nya. Yang hatinya sabar ketika cobaan ditimpakan. Yang akalnya menerima dan dapat melihat hidayah-Nya. Yang mencintai-Nya dalam segala bentuk kepatuhan. Akan tetapi hanya ia dan Allah saja yang mengetahuinya. </div><div><br></div><div>Ternyata, dibalik kehidupan kita saat ini ada tangan-Nya yang berkehendak. Skenario hidup yang kita jalani telah tertulis di Lauh Mahfudz. Bahkan yang menggegerkan adalah Ia sudah menentukan siapa yang akan ke surga-Nya dan siapa ke neraka-Nya. Yang telah Rasulullah saksikan saat Beliau mikraj ke Sidratul Muntaha. Termasuk kemanakah kita nanti?</div><div><br></div><div>Dunia. Yakinkah saat ini kita benar-benar hidup? Atau sebenarnya kita sedang tidur? Dan akan benar-benar terjaga ketika sudah berada di dalam ruang tersempit yang bernama tanah? Berbalut kain kafan yang jauh dari modis. Mungkin, hidup kita saat ini adalah mimpi? Dan kita baru sadar sebenarnya hidup hanyalah beberapa jam saja? </div><div><br></div><div>Saya rasa muhasabah saya hari ini cukup sekian. Besok dan seterusnya ini jadi pegangan untuk setiap keputusan-keputusan selama bernafas di dunia. Selalu bertanya dalam diri, apakah dunia menjadi surga atau neraka bagi saya yang kerdil ini. </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-65365666037636669792014-03-17T14:59:00.001+08:002014-03-17T14:59:36.863+08:00Misteri Perpindahan NaiAyah Nai melirik jam weker di meja rias. Dengan malas ia beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan Nai yang masih bayi di pojokan. Tujuannya agar ia tidak ngesot dan jatuh ke lantai saat Mama Nai sedang sholat. Setelah memastikan Nai dalam keadaan aman untuk ditinggal, sang Ayah pun keluar kamar saat Mama Nai menyelesaikan rakaat pertama shalat zuhur. <div><br></div><div>Tidak sampai lima detik, Nai pun beraksi. Ternyata diam berbaring sendirian itu tidak asyik, pikirnya. Ia ingin mengeksplor sekitar dan... Mama! Ia melihat Mamanya sedang melakukan gerakan yang sudah familiar baginya, tapi tetap menarik untuk dilihat. Nai ingin melihatnya dari jarak lebih dekat. Ia pun ngesot secepat kilat hingga tiba di bibir kasur. </div><div><br></div><div>Setelah meninggalkan kamar, sang Ayah menuju pintu kulkas. Mengambil sebotol yakult untuk mendinginkan kerongkongannya sebelum kembali ke kantor setelah makan siang. Lalu dengan santai duduk di kursi tamu sambil menghadapkan wajah ke televisi. Sebelumnya sempat ngintip ke kamar memastikan kalau Mama Nai masih shalat dan Nai tidak kemana-mana. Dua menit setelah yakult habis, Ayah Nai masuk lagi ke kamar. Ia kaget setengah mati melihat Nai tergeletak di atas sajadah Mama yang sedang menyempurnakan rakaat ketiga. </div><div><br></div><div>"Haa?? Koq Nai bisa disitu?" Tak ada jawaban tentunya. Mama Nai sedang sholat, sementara Nai bisanya cuma nangis, ketawa, ngoceh aa dan oo. </div><div><br></div><div>Belum usai kagetnya, ia pun ke kamar mandi untuk berwudhu persiapan shalat Zuhur. Masuk kamar lagi lalu mengambil Nai dari sajadah Mama. Sang Ayah pun shalat bersama Nai di ruang yang lain karena takut terlambat jika harus menunggu Mama Nai beres sholat. <span style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Lalu, Ayah pun berpamitan untuk kembali mengemban amanah negara. </span></div><div><br></div><div>Hmm, apa sebenarnya yang terjadi sehingga Nai bisa mendarat dengan mulus ke sajadah tanpa membuat sang Ayah curiga saat minum yakult di ruang tamu? Ternyata Mama Nai merangkul Nai yang hampir jatuh ke lantai ketika hendak sujud di rakaat kedua. </div><div><br></div><div>Plis deh Yah, Nai itu gerakannya udah sangat gesit sekarang...</div><div><br></div><div>***</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-43832043754440229522014-03-14T10:45:00.001+08:002014-03-14T10:45:24.275+08:00Abadikan Hidupmu Lewat TulisanWah, ternyata agar produktif untuk menulis itu susah juga ya...<div><br></div><div>Memang sih beberapa hari ini saya sedang konsen menulis sebuah novel. Deadlinenya 31 Maret ini memang. Gak tau juga bakal terkejar apa gak. Bayangin aja, target tulisannya tu 200-250 halaman bowk! Sementara sekarang tulisan saya baru 13 halaman. Hiks. Bahkan belum juga masuk ke cerita intinya. </div><div><br></div><div>Wakwaw!!!</div><div><br></div><div>Saya mendapat pelajaran dengan menekuni menulis. Alhamdulillah dari dua kali ikutan event lomba, dua karya saya masuk sebagai kontributor untuk dijadikan antologi dalam buku cerpen anak dan cerpen bertajuk hujan. Sementara yang cerpen hujan sedang menunggu antri untuk dicetak, cerpen anak akan terbit bulan April in syaa Allaah. </div><div><br></div><div>Sumpah! Gak nyangka dan gak percaya pas baca pengumumannya. Sebagai penulis pemula saya gak punya target untuk jadi pemenang. Lebih tepatnya ingin coba-coba aja. Kaget campur bahagia ketika nama saya tercantum di urutan ke-11 untuk cerpen anak dari 29 peserta yang terpilih. Menempati urutan ke-6 untuk cerpen bertema "Cinta Dibalik Hujan" dari 15 kontributor di buku #1. Jadi cerpen hujan ini sendiri ada 3 buku yang diterbitkan. Total kontributornya ada 45 orang. </div><div><br></div><div>Kedua cerpen ini memiliki proses yang berbeda. Sangat menggelikan kalau diingat. Untuk cerpen anak awalnya saya posting dulu di grup FB komunitas bisa menulis. Ternyata banyak yang baca dan memberikan kritik dari yang mendukung, bilang bagus, memberi saran membangun hingga kritikan pedas dan cenderung menjatuhkan. Gimana gak, katanya cerpen saya itu bertele2, gak akan masuk nominasi kalaupun diikutkan. Dan yang lebih ekstrim lagi adalah mending gak usah dikirim sekalian. Gak akan lolos, katanya. </div><div><br></div><div>Alhamdulillah, kritikan itu gak saya dengar. Berhubung saya berniat ingin menerapkan ilmu yang saya dapat dari grup KBM tersebut, jadi saya menuruti saran2 membangun. Dan hasilnya ternyata melampaui prediksi saya sendiri. </div><div><br></div><div>Nah, untuk cerpen bertajuk hujan beda lagi ceritanya. Lain halnya dengan cerpen anak yang memberikan waktu lebih leluasa untuk merombaknya, kalau yang ini malah enggak sempat baca lagi sebelum saya kirim. Bener2 mepet waktunya dari deadline. Soalnya 15 menit lagi ditutup dan tidak diterima lagi lebih dari itu. </div><div><br></div><div>Info eventnya saja saya terima kurang dari 24 jam sebelum deadline. Belum lagi saya harus bisa bagi waktu antara ngurus bayi, bersih2 rumah dan menulis. Alhasil, saya baru sempat menulis dengan konsen setelah maghrib karena bayi saya tidur. Godaan lainnya adalah bayi yang tidak mulus bobonya, suka kebangun2. Tapi saya ikhlas menjalaninya hingga tulisan saya tembus ternyata. Syukur Alhamdulillah. </div><div><br></div><div>Saya punya target, bahwa saya harus punya buku sendiri. Apapun itu. Fiksi maupun non-fiksi. Setidaknya ada yang bisa saya tunjukkan pada anak-anak saya nanti dalam bentuk fisik. Dengan harapan, anak2 bisa mengabadikan hidup mereka juga nantinya melalui tulisan. </div><div><br></div><div>Memang, antologi ini belum apa-apa untuk penulis senior. Tapi bagi saya yang newbie, ini adalah awal yang baik dan jadi cemeti buat saya untuk terus berkarya dan pantang menyerah sebelum buku atas nama saya terbit!</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-5688435437743538232014-03-07T11:31:00.001+08:002014-03-07T11:31:56.413+08:00Tingkah Kocak BayikuAlhamdulillaah...<div><br></div><div>Enggak terasa Naira sebentar lagi genap 8 bulan. Perkembangan demi perkembangan semakin terlihat dan sangat mengagumkan.</div><div><br></div><div>Pertama kali yang secara kasat mata terlihat ketika baru beberapa jam sejak lahir, perawat menyandingkan kami agar sekamar. Setelah dihangatkan di inkubator, Nai yang telah siap untuk merasakan udara luar harus melalui tahap IMD alias Inisiasi Menyusui Dini. Subhanallah, saya enggak habis pikir dengan sosok merah yang belum pun genap satu hari itu langsung paham dan segera menyusui tanpa dituntun. Nalurinya yang menuntunnya karena ia haus/lapar. Entahlah.</div><div><br></div><div>Hal mengejutkan lainnya adalah hari keduanya, saat menangis mama alias Omanya mencoba menenangkan sambil mengajak ngobrol. Diluar dugaan, Nai langsung diam dan mendengarkan dengan seksama. Lucu sekali kalau melihat videonya. Setelah selesai dimandikan, Nai yang sudah segar pun terlihat tenang dibanding sebelumnya. Bahkan membuat ia tertidur.</div><div><br></div><div>Perubahan selanjutnya ketika Nai 40 hari, ocehannya mulai panjang dan sering. Bahkan saat genap dua bulan, Omanya dibuat terpukau saat mengajak ngobrol Nai. Ia membalas ocehan Omanya begitu lama dan panjang seolah-olah mereka sedang berbicara dengan asyiknya. Belum lagi bobot Nai yang 2x lipat dari berat lahirnya tepat di usia 2 bulan. Nai chubby dan menggemaskan. </div><div><br></div><div>Menjejak 3 bulan Nai sudah bisa diajak interaksi. Emosinya mulai bermain. Ia juga mulai mau digendong siapa saja, sudah mengerti untuk meringankan beban mamanya (ngeles). Juga tidak mau mamanya begadang terlalu lama. Nai tidur awal dan bangun subuh. Alhamdulillah. Ia juga paham melihat acara TV melalui pantulan kaca. Marah-marah jika digangguin, dan mau tersenyum pada siapa saja. </div><div><br></div><div>Di usianya melewati 4 bulan, Nai sudah bisa tengkurap. Kadang malah tengah malam ketika haus tiba-tiba sudah tengkurap sambil nangis. Saya dan suami suka mengajaknya bermain di playmat agar ia leluasa tengkurap dan bereksplorasi dengan warna-warni playmat. </div><div><br></div><div>Di usia 5 bulan ke atas Nai sudah bisa bolak-balik. Menambah kekhawatiran kami jika dibiarkan sendiri di atas kasur. Pernah suatu kali saya di ruang tengah. Nai menangis karena haus/lapar. Ketika masuk kamar, ia sudah di pinggir kasur. Allahu Akbar. Segera saya tangkap kepalanya agar tidak terkena keramik. Dia siap berguling saat itu. Ya, memang jatuh tapi setidaknya saya masih bisa menyelamatkan kepalanya dari terbentur keramik secara langsung. </div><div><br></div><div>Tepat di usia 7 bulan Nai sudah bisa merayap. Tidak membuang kesempatan, ia langsung menjelajahi rumah kesana kemari. Sejak insiden hampir jatuh pun kami yang awalnya memberi batas dengan bantal di pinggir kasur, mulai was-was karena Nai sudah bisa memanjat. Semakin bisa ngesot, pengawasan yang kami berikan semakin besar. Belum lagi hewan kaki seribu yang sering muncul, takut-takut oleh Nai malah dimakan. </div><div><br></div><div>Sekarang apalagi. Nai semakin aktif dan pergerakan merayapnya sangat cepat. Pernah kabel lampu emergency yang tergantung menjuntai ke lantai hendak ditarik olehnya. Alhamdulillah masih bisa diselamatkan. Kalau taplak meja sih lewat, entah berapa kali ditariknya. Untungnya benda-benda di meja tidak membahayakan. Selain itu kami sudah memperkenalkan baby walker pada Nai agar ia tidak bosan di lantai terus. Tapi dominannya saat saya memberi ia makan saja, toh Nai belum paham menggerakkan baby walker. Seringnya kalau dia sudah bosan, baru secara terpaksa dan dibawah alam sadarnya kakinya mendorong. </div><div><br></div><div>Pagi ini ketika saya hendak menyuapinya makan seperti biasa ia saya letakkan di baby walker. Ketika sudah beberapa suap, terkejutnya saya melihat Nai sudah mengerti mendorong baby walker. Ia secara sadar menggerakkan kakinya dan memperhatikan sekitarnya, termasuk saya ketika mendorong. Ia bahkan tahu target tujuannya hendak kemana. </div><div><br></div><div>Ahh, anakku memang ajaib. Setiap ibu pasti merasa ajaib ketika melihat perubahan-perubahan pada bayi mereka. Seperti itulah proses belajar mereka. Benar-benar ibarat kertas putih yang sama sekali belum terisi apapun. Natural sekali cara mereka mengenali hal-hal baru. Mereka juga butuh pengulangan agar benar-benar mengenalinya. </div><div><br></div><div>Satu hal yang tidak habis pikir buat saya. Nai pintar bercanda. Seringkali ia membuat suara-suara dengan intonasi teratur yang disengaja, lalu menghipnotis saya untuk mengikuti cara ia bersuara. Tanpa lupa ia menyungging senyum. Belum lagi kedekatannya dengan sang Ayah dengan cara yang berbeda. Memang namanya anak-anak suka sekali dengan perhatian. Merajuk jika tak ada yang temani ia. Dan jika di tempat tidur, si kecil nan imut senang sekali menempel ke badan. Sesekali menindih perut saya dengan kepalanya. Manja. Malah sekarang-sekarang ia suka memanjat ke perut saya menyentuh kalung atau sekedar bercanda. Serta sengaja menyeberangi perut agar bisa ke sebelah saya (sisi berseberangan). </div><div><br></div><div>Nai bikin gemes aja. </div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzcIOjZxeNbaAathiZBW8yiUy0UDQTzXAjqc0bGaKDQb8ye-PovXHBhsdtAffpmjDe9c-YGrboXhXBp6fb0Pjfk3zYx85Cs_4vDQoZmWjdcfeH2PYUyDlpfEBLUB1YhNMeIWDjn2v2lOY/s640/blogger-image-1099464466.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzcIOjZxeNbaAathiZBW8yiUy0UDQTzXAjqc0bGaKDQb8ye-PovXHBhsdtAffpmjDe9c-YGrboXhXBp6fb0Pjfk3zYx85Cs_4vDQoZmWjdcfeH2PYUyDlpfEBLUB1YhNMeIWDjn2v2lOY/s640/blogger-image-1099464466.jpg"></a></div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-29676200718472889282014-02-28T20:35:00.001+08:002014-02-28T20:35:24.627+08:00Senangnya Anak Doyan MakanUmur bayiku tercinta saat ini menjejak 8 bulan. Tepatnya tanggal 16 Maret ntar bertepatan dengan ultah emaknya (jangan lupa kadonya). Alhamdulillaah, ASI masih lancar dan Naira enggak hanya kuat ASI-nya, kuat juga makannya. <div><br></div><div>Disini saya mau sharing dikit cara saya menyiasati Nai agar MPASI-nya habis satu mangkok. </div><div><br></div><div>Pada dasarnya sih, bayi itu akan sangat lahap makannya ketika ia lapar. Sama lah kayak kita orang dewasa. Tapi perlu diketahui juga, kalau jam biologis laparnya udah lewat mereka enggak akan lapar lagi. </div><div><br></div><div>Gimana tahunya saat bayi itu lapar? Kalau Naira sih biasanya udah mulai keluar air liur yang jumlahnya melebihi biasanya, atau dia memasukkan jarinya ke dalam mulut sambil gigit-gigit gitu. Trus ciri khas lainnya adalah menangis sambil menunjukkan hal di atas. </div><div><br></div><div>Kalau ciri-ciri di atas sudah terperhatikan, jangan tunda-tunda lagi untuk menyuapkan makanan kepada mereka. Dijamin mereka bakal lahap sekali makannya dan kita pun senang sekali menyuapkannya.</div><div><br></div><div>Trus di tengah-tengah momen menyuapkan tersebut, bayi kita malah bergerak aktif sekali sehingga sulit diberi makan cara menghadapinya gimana? Nah untuk kasus ini, biasanya saya bakal mengakali dengan memegang boneka sapi dari Ayahnya di sebelah kiri, tangan kanan menyuapinya. Nah boneka sapinya saya bunyikan dengan menarik buntutnya dan dimain-mainkan ke wajahnya. Intinya sih menarik perhatiannya supaya enggak sulit kita kejar-kejar hehe... And it works!</div><div><br></div><div>Ada lagi cara lain untuk menaklukkan mereka agar anteng saat disuapi. Yaitu, saya pekik suara Adzan. Atau kalau tidak saya bunyi-bunyikan suara yang aneh yang menarik perhatiannya. Ini juga efektif dan membuat satu mangkok MPASI ludes habis. </div><div><br></div><div>Sebenarnya, bayi itu untuk urusan makan bakalan mau terus asal kita tahu strategi dan telaten menyuapinya. Selain itu kita juga harus mengetahui jam-jam saat mereka lapar. Supaya kebutuhan gizi mereka tercukupi dengan maksimal. </div><div><br></div><div>Yang terakhir, gimana cara kita membangkitkan hasrat ingin makan pada bayi? Simple sekali jawabannya. Makanlah terlebih dahulu di depan mereka. Pemandangan saat kita masukkan nasi atau makanan apapun ke dalam mulut bakal menarik mereka untuk membangkitkan rasa lapar. Selama ini, tips-tips inilah yang saya jalankan sehingga Naira tidak kurang 4x sehari minta makan huhuhu... Tapi balik lagi ke ibunya, menunya disesuaikan mana cemilan mana yang pokok. </div><div><br></div><div>Sementara ini dulu ya ibu-ibu ^^</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-40156228847651289482014-02-24T15:57:00.001+08:002014-02-24T15:57:04.502+08:00What Dad Means To You?If you hear the word "Dad", what does it mean to you?<div><br></div><div>For me, he is a hidden angel as mom a seen angel. We sometimes only think or see that our mom is the only one who looks after us when we were kids. While dad, he just cares us when we get sick. He brought us to the hospital. He is the boss, the one who earns money, and spare his limited time to play with us. </div><div><br></div><div>But, have we ever thought what is actually in Dad's mind? </div><div><br></div><div>He is the one who feels guilty when we are ill because he cannot pay his attention to us 24 hours like mom does. For the sake of his family, he's willing to sacrify his body and soul in the name of happiness. From the deep of his heart, he always thinks about us 24/7. Never stop thinking. That's why sometimes he gets angry at us when his expectation to us is out of his mind. It doesn't mean he doesn't love you! The more he angry, the more he loves you actually. </div><div><br></div><div>When Dad feels so sad? The answer could be: when his daughters have to live with strangers (red; husband) in which they just know from outter look. Who takes his former little baby and build a new family like he does/did. "Can he take care of my cute girl like I did? Will he make my daughter happy?" That might be crossed his mind. </div><div><br></div><div>Everybody needs the figure of their Father. Don't hate him if he cannot be a good father for you. Everything must be a reason why. Let the time answers unless you cannot get it directly. Time will answers everything about your life. </div><div><br></div><div>For you who have a brilliant father, as long as they live, please!!! Do the best for him. Without Dad, there will never be a half of his genetics in our body. No way! There will never be a word "Dad" of a "father" as we recognize it. Do as many positive things as you can for him. Before you regret in a life time. </div><div><br></div><div>From now on, don't hesitate to say "I Love You, Dad".</div><div><br></div><div>That is Dad means to me. What Dad means to you?</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-67359264686687286612014-02-23T15:04:00.001+08:002014-02-23T15:04:15.972+08:00I Just Want To Write!Everybody who just red my writings, you come to a right spot. This is my first time writing my blog in English although my blog was born in an English country. It began since I earnt my master programme in 2010-2011 at Deakin University, Australia. A friend who has had blog recognized me a good place to write. And then this blog was born and alive. <div><br></div><div>I love to write, because not all things I can share to people orally. It is restricted by distance, time, and opportunity. But through writing, you can talk anything you want, no matter who they are, wherever they are what you think you need to share. All things useful that can benefit ones who read yours. Or matters you wanna people understand your feeling, feel like you do, and help you with solutions.</div><div><br></div><div>I feel so pleasant when everybody read mine. And sometimes they leave comments that can make you raise up because it means they care about you. They feel good as they read your writing. It will make you satisfy. </div><div><br></div><div>When you addict to write, you even cannot stop writing. Your brain and your hand will work together in the same time sinergically. And that would be happened when your heart is in control. And that time, believe me, you will produce the best writing ever. </div><div><br></div><div>One more thing, don't write as you want people to read. But write as people have to read it. </div><div><br></div><div>;)</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-26197471607453020972014-02-23T14:16:00.001+08:002014-02-23T14:16:26.565+08:00Selamat Dinas, Sayang...Aku gak tau harus berekspresi gimana hari ini hingga 5 hari ke depan. Masalahnya suami semalam berangkat dinas di kota tempat ia dibesarkan. Yup, kota kembang, Bandung. <div><br></div><div>Perasaanku campur sari bin nano-nano sih. Ada sedihnya, ada senengnya juga. Lebih parah biasa aja juga ada. Dasar istri parah ya hihihi. Eits, jangan suuzon dulu. Semua itu ada alasannya. </div><div><br></div><div>Kenapa aku sedih? Ya namanya ditinggal ampe seminggu sama suami rasanya pasti sepi banget. Apalagi kami pasangan muda (red; hampir kepala 3), punya bayi pula yang baru aktif2nya karena udah bisa merangkak, pusing 7 keliling gak ditemenin suami. Pfiiuuh... Biasanya ada temen becanda n curhat, kali ini mesti dirapel dulu sampe orangnya pulang. </div><div><br></div><div>Biasa aja karena aku sehari-harinya juga ketemu cm sore n malam aja. Siangnya walaupun pulang untuk maksi habis itu molor lagi deh. Trus berangkat ke lapangan kalo udah kedengaran bel. Kalo di rumah tu dari pagi mpe malam yang dominan urusin anak ya cuma aku. Suami paling ajakin main di luar pke stroller pas udah baby dalam keadaan wangi n segar. Klo udah pup or pipis aku juga yang turun tangan. Dan keseharian selama punya bayi ya ngurusin bayi aja. Dari mulai ia bangun mpe tidur lagi. Apalagi sekarang udah MPASI walaupun masih juga ASI. </div><div><br></div><div>Senang juga :D kenapa? Karena aku jadi lebih bebas mau ngapain aja di rumah. Bisa santai2 dari urusan beres2 rumah, bisa menulis tanpa ada hambatan berarti (suami suka jealous kalo aku udah berkutat ama gadget, pasti nulis sesuatu). Satu hal lagi yang paling bikin girang adalah gak ada yang protes saat aku baca buku. Suami biasa suka caper minta dilayani supaya aku keputus baca bukunya. Ada-ada aja. </div><div><br></div><div>Anyway, biasa kalo suami dines tu suka banyak shopping list dari aku. Soalnya jarang2 ada dinas keluar kota. Itu biasanya kalo aku gak minta ikut. Jauh bo' perjalanan dari Kaltim ke Jawa. Mesti 8 jam pake jalur darat n naik pesawat. Nah, kali ini juga gitu. Berlaku sederetan shopping list yang kalo satu item aja gak dibeli, aku pasti pasang jurus mewek sejagat raya :D</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-60495071744125356962014-02-23T10:47:00.001+08:002014-02-23T10:49:31.528+08:00INGINKU<div>Hari ini aku ingin tertawa</div><div>Buat apa bersedih?</div><div>Lupakan kesah dan lara</div><div><br></div>Hari ini aku ingin santai<div>Buat apa sibuk-sibuk?</div><div>Raga butuh ketenangan</div><div><br></div><div>Hari ini aku ingin sendiri</div><div>Buat apa ramai-ramai?</div><div>Jiwaku butuh kebebasan</div><div><br></div><div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Hari ini aku ingin di rumah</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Buat apa keluar?</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Ada kenyamanan disini</div></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;"><br></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Hari ini aku ingin tidur</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Buat apa terjaga terus?</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, helvetica, arial, sans-serif;">Berharap mimpi indah itu jadi nyata</div><div><br></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-47987501471664866972014-02-20T16:06:00.001+08:002014-02-23T06:14:04.240+08:00(Cerpen Anak) JANJI LARA<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Lara punya seorang teman bernama
Aisyah. Anaknya baik dan juga pintar. Orangnya santun dan sangat ramah. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Suatu pagi, ia melihat Aisyah sedang
duduk di pojokan kursi seorang diri sebelum kelas dimulai. Lara mengurungkan
niat untuk segera masuk, lalu memperhatikan Aisyah dari sudut pintu. Aisyah
menyadari ada yang sedang memperhatikannya. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Eh, ternyata Lara. Kenapa tidak
segera masuk?" tanya Aisyah seraya menghampiri Lara. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Ketahuan, deh aku!" Lara
tertawa nyengir. Lalu melanjutkan, “Aku takut mengganggu kamu yang sedang
mengaji, makanya tadi tidak masuk dulu. Tunggu sampai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">beres</i> dulu ngajinya.” </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Enggak apa-apa koq. Kita kan
bisa ngaji bareng. Tumben kamu datang pagi sekali hari ini?" tanya Aisyah.
Sementara Lara hanya menjawab dengan senyuman. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Aisyah, apa enaknya sih mengaji?
Mendingan main <i style="mso-bidi-font-style: normal;">game</i> kayak gini ni!”
ujar Lara sambil menunjukkan PSP yang baru dibelikan ayahnya.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Ayahku bilang dari pada
menghabiskan waktu buat main <i>game </i>atau nonton TV, lebih baik mengaji.
Supaya waktu tidak terbuang sia-sia." jawab Aisyah sambil menyunggingkan
senyum. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Masa, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sih</i>? Lebih seru <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ngegame</i>
lah!" seru Lara tidak mau kalah. Mendengar ucapan Lara, Aisyah
geleng-geleng kepala. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Kamu tahu tidak, membaca satu huruf
Alquran saja pahalanya mendapat satu kebaikan. Apalagi kalau banyak huruf yang
kita baca." lanjut Aisyah.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Iya, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">gitu</i>?” Lara malah acuh mendengar ucapan Aisyah. Lalu ia melanjutkan
keasyikannya main PSP. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Seperti anak-anak lainnya, Lara juga
mengaji di TPA setiap sore. Namun, sudah satu minggu ini ia malas untuk datang
karena asyik memainkan PSP yang diberikan ayahnya. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Nak, kamu sudah seminggu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">loh</i> absen ke TPA. Ibu harus bilang apa
nanti sama ustadzah kalau ketemu?" ujar ibu Lara kesal. Sementara Lara asyik-asyikan
main di sofa ruang tamu.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Iya Bu, sebentar...” jawab Lara
kurang memperhatikan ibunya.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Kalau kamu masih bolos hari
ini, PSPnya ibu sita!" ancam ibunya serius. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Jangan, jangan Bu! Iya... iya
Lara siap-siap ke TPA sekarang. Jangan disita PSPnya, Bu!" Lara pun
berlari ke kamarnya, tak lupa membawa serta PSP yang sedari tadi tidak lepas
dari tangannya. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Akhirnya, setelah satu minggu bolos
mengaji, sore itu juga Lara pergi ke TPA.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Malam harinya, Lara yang tertidur
pulas pun bermimpi. Dalam mimpinya, Lara berada di tempat yang sangat sempit
dan gelap. Tapi tiba-tiba datang cahaya mendekatinya. Lalu Lara bertanya,</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Siapa Engkau?" Kemudian
cahaya itu menjawab,</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Aku adalah bacaan Al-quran yang
kau bacakan."</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Benarkah?" tanya Lara berusaha
meyakinkan.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Ya."</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Apakah kau akan pergi
meninggalkanku?"</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Aku akan terus menemanimu
selama engkau rajin membaca Alquran. Jika tidak, maka aku akan pergi
meninggalkanmu." jawab cahaya tersebut. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Jika engkau pergi, siapa yang
akan menemaniku?"</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Kamu akan ditemani oleh
cacing-cacing dan serangga-serangga yang ada disini."</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">"Aku tidak mau. Aku janji tidak
akan malas ngaji lagi. Biar terus kau temani." Kemudian, tiba-tiba saja
cahaya yang bersuara tadi menghilang secara perlahan. Tentu saja Lara menjadi
gusar sekali.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Hei, jangan tinggalkan aku! Aku takut
sendirian disini. Jangan pergiiii!” teriak Lara yang membuatnya terbangun dari
tidurnya. </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Lara yang sangat terkejut segera
bangkit dari kasurnya. Ia teringat akan mimpi tadi. Ia takut jika harus berteman
dengan cacing-cacing dan serangga yang menjijikkan. Secepat kilat Lara berlari
ke kamar ibunya dengan PSP di tangan.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Ada apa, Lara?” tanya ibunya
kebingungan.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Aku mimpi buruk, Bu. Ada sebuah
cahaya yang datang kepadaku. Katanya, kalau aku membaca Alquran ia akan
menemaniku, tetapi jika tidak maka cacing dan seranggalah yang akan menjadi
temanku. Aku takut, Bu!” Lara menjelaskan pada ibunya hampir menangis.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Mendengar hal itu ibu Lara memeluknya
sambil berkata,</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Itu artinya, kamu harus rajin
mengaji, sayang.” ucap sang ibu sambil tersenyum dan mengusap kepala
menenangkan Lara.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Iya, Bu. Lara janji akan rajin ke
TPA dan enggak akan bolos lagi!” berkata sembari melihat ibunya.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Apa buktinya kamu akan rajin
mengaji?” </span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Mulai sekarang, PSP Lara Ibu yang pegang.
Supaya Lara tidak lalai dan bolos TPA lagi!” jawab Lara sambil menyerahkan PSP
kepada ibunya.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Alhamdulillah, anak Ibu memang
shalehah,” sambil mencium kening Lara, “sekarang kita shalat subuh berjamaah,
yuk! Sudah azan.” ajak ibunya.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">“Baik, Bu. Aku ambil wudhu dulu ya!
Setelah itu kita mengaji ya, Bu. Aku mau pahala yang banyak dan selalu ditemani
oleh cahaya Alquran.” seru Lara mantap. Ibunya mengangguk tanda mengiyakan.</span></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Mulai saat itu, Lara selalu
menunaikan janjinya. Ia tidak pernah lagi bolos ke TPA.</span></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">SEKIAN</span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-50607297497736588792014-02-18T15:36:00.001+08:002014-02-19T15:51:44.973+08:00Penyesalan Yang Tak BerujungTerasa lain saat suami menunjukkan sms yang diterimanya pada hari Jumat lalu (7/2) ketika ia pulang dari kantor untuk makan siang.<div><i>"Iwan, Graha kondisi nenek sudah lemah sekali. Minta doanya ya". </i></div><div>Kubaca pesan singkat yang dikirim oleh bapak mertua dengan perasaan yang tak menentu. Benar-benar tak biasa. </div><div><i><br></i></div><div>Memang nenek dari suamiku yang tinggal di Tasikmalaya, Jawa Barat sudah lama menyandang penyakit Parkinson. Penyakit yang menyerang saraf dan sering menjangkit kaum manula. Tangan gemetar ketika digerakkan dan harus dituntun jika hendak berjalan. Tidak tahu asal-usulnya mengapa nenek Tasik tiba-tiba terserang penyakit itu. Yang jelas, setelah kami menikah nenek memang sudah sakit, namun masih mampu berjalan sendiri. </div><div><br></div><div>Entah sebuah kebetulan, suami diutus untuk melakukan perjalanan dinas dari kantor selama dua hari. Kamis dan Jumat (13-14/2). Berhubung tinggal di <i>remote area</i>, maka setiap pekerja diberikan jatah dua hari perjalanan sebelum dinas dan dua hari setelah dinas. Sehingga perjalanan dinas dimulai dari Selasa (11/2) dan berakhir pada hari Minggu (16/2). Biasanya aku memilih untuk tinggal di rumah saja. Namun kali ini, dengan perasaan tak keruan kuputuskan untuk ikut bersama bayi kami yang akan menginjak tujuh bulan. </div><div><br></div><div>"Abang sudah menelpon Bapak, dek."</div><div><br></div><div>"Loh, kan kita sudah sepakat untuk tidak menghubungi Bapak, Bang!" Kutahan emosi sebisa mungkin untuk menjaga perasaan suamiku. </div><div><br></div><div>"Bapak pasti marah, dek kalau kita tiba-tiba berada di Bandung. Karena kondisinya seperti ini..." wajah suamiku mengiba, membuatku tak tega. </div><div><br></div><div>"Tapi Bang..." belum sempat kulanjutkan, suami segera memotong. </div><div><br></div><div>"Abang harus ke lapangan sekarang, dek. Assalamualaikum."</div><div><br></div><div>"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Bang!" kujawab dengan perasaan jengkel yang kupendam. </div><div><br></div><div>Terngiang kembali isi sms dari Bapak mertua. </div><div><i style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Iwan, Graha kondisi nenek sudah lemah sekali. Minta doanya ya."</i></div><div><i style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></i></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kabar tentang kondisi nenek yang <i>drop</i> sudah kami dengar beberapa hari lalu dari ibu mertua via hp. Sudah beberapa hari Mamah di Tasik untuk merawat ibunya (nenek), meninggalkan bapak mertua bersama Ganang, adik iparku. Sejak terkena serangan jantung akhir 2012 lalu, Bapak memang lebih khawatir jika hendak bepergian jauh. Namun sms itu, jelas sekali kalau Bapak juga berada disana dan menyaksikan langsung keadaan nenek. Ini artinya kondisi nenek sangat serius. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Selasa pagi (11/2) kami bertiga tiba di Bandara Husein, Bandung dengan selamat. Sementara suami menunggu bagasi, aku bersama Nai menantinya di cafe depan bandara. Lumayan, Nai bisa menikmati menu sarapannya dengan santai. Tidak lama kemudian kulihat suami menghampiri kami dengan bagasi. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Dek, Bapak dan Mamah sudah dalam perjalanan ke Bandung rupanya."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kulihat wajah segan suami saat bicara karena ia tahu aku akan marah. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Tuh, kan adek bilang apa! Seharusnya Abang enggak perlu mengabarkan rencana kita ke Bandung. Biar kita yang melanjutkan perjalanan ke Tasik, Bang! Mereka bisa menunggu disana..." suaraku sedikit tinggi karena dugaanku ternyata benar. Moodku tiba-tiba kacau. Bisa-bisanya suami mengubah rencana tanpa kompromi terlebih dahulu. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Suami memutuskan untuk memanggil taxi mengantarkan kami ke rumahnya di Panghegar, Bandung. Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam. Kesal dengan keputusan suami yang tidak pikir panjang. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Dek..." benteng kesabarannya luluh lantak, suamipun memulai pembicaraan. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Ya..." kujawab singkat tanpa melihatnya. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Abang kasian aja sama Nai. Dia masih terlalu kecil untuk perjalanan jauh."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Bang! Nenek belum pernah melihat Nai sejak lahir. Sudah sering nenek bilang agar membawanya ke Tasik. Ini kesempatan kita untuk mewujudkan keinginan beliau, Bang! Kita enggak pernah tahu umur seseorang. Setidaknya beliau sudah melihat cicit pertamanya sekali saja!" kali ini aku berkata tegas, entahlah aku juga heran dengan ke-ngotot-anku. Tapi sungguh, ini datang dari dalam sanubariku. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Abang apa enggak ingat, yang mengasuh Abang saat bayi itu nenek. Bapak sendiri yang bilang, pas Abang diare dititipkan ke nenek sampai Abang sembuh. Bahkan lama disana."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Tapi Mamah bilang nenek biasa kayak gitu, dek."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Enggak ada alasan untuk Abang enggak ke Tasik. Titik!"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Tak kuhiraukan sopir taxi mendengarkan pembicaraan kami. Suasana yang ada hening. Kalau kondisi Naira yang ia khawatirkan, itu hanyalah <i>excuse</i> agar bisa lebih lama menghabiskan waktunya di Bandung. Padahal ia sendiri tahu bagaimana <i>track record</i> Nai selama ini dalam hal <i>traveling</i>. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apalagi Bandung-Tasikmalaya hanya tiga jam dengan jalur darat. Tidak lebih lama jika dibandingkan perjalanan panjang dari Sangatta-Balikpapan hingga 8 jam. Jalannya bahkan jauh lebih buruk dan berkelok-kelok. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Setiba di Panghegar, tepat saat taxi kami berhenti terlihat Mamah dan Bapak mertua sama-sama turun dari ojek. Artinya, mereka sudah naik bis sejak kami <i>boarding</i> dari Balikpapan. Ah, andai saja...</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">***</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Alhamdulillah suami memutuskan untuk berangkat menjenguk nenek ke Tasik sore itu juga. Tentunya setelah aku mendesaknya di hadapan mertua. Tapi Mamah dan Bapak melarangku untuk ikut bersamanya. Dengan terpaksa, aku mengiyakan. Takut kualat melawan mertua. Setidaknya suami sempat melihat kondisi nenek sebelum dinas ke Cikampek selama dua hari. <i>Sebelum terlambat</i>.</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Kuraih hp yang tak jauh dari jangkauan, sembari mendampingi Naira yang sudah tertidur. Kecapaian. Pesan bbm masuk. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Suami: Dek, Abang udah di rumah nenek </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Aku: Alhamdulillaah. Gimana nenek bang?</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Suami: Pas Abang baru sampai, nenek langsung nanya Nai, Dek</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Aku: Tuh, kan!</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Suami: Nenek udah lumayan tenang kata sodara-sodara. Sebelumnya ngelindur terus. Trus sempat juga tadi nunjukin video Nai. Nenek takzim melihatnya</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Aku: Nenek ingin ketemu sama Abang dan Nai. Adek yakin sekali. Makanya sekarang nenek lebih tenang. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Lima menit. Sepuluh menit bbm tidak berbalas. Tiba-tiba, hpku bergetar. Suami meneleponku. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Assalamualaikum, Bang."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Waalaikumsalam, Dek. Nai udah bobo?"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Udah, Bang. Baru aja. Gimana nenek, Bang?"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Telinga nenek berdarah, Dek! Kayaknya digigit semut. Tapi udah dibersihkan, sih. Bantal dan sprei juga udah diganti. Sekarang nenek udah tidur pulas."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Bawa aja ke rumah sakit, Bang. Takut kenapa-napa. Kasian nenek, pasti tersiksa!"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Enggak apa-apa, Dek. Lagian nenek udah tertidur pulas. Oya, besok pagi Abang pulang ke Bandung. Abang dijemput pukul 5 sore dari rumah untuk dinas ke Cikampek."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Yaudah Abang istirahat ya. Salamualaikum. Salam buat nenek ya Bang!"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">***</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Pukul tiga sore hari Rabu suami tiba di rumah. Membayangkan perjalanannya saja terasa sangat melelahkan. Ada perasaan lega aku dan Nai tidak ikut ke Tasik. Namun tetap saja hati ini merasakan ada yang kurang. Setelah makan siang, suami menceritakan lagi pada orang tuanya tentang nenek. Tidak sempat beristirahat, suamipun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke Cikampek. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Waktu sudah menunjukkan pukul 4.30 sore. Kumanfaatkan setengah jam sisa waktu tersebut untuk mandi dan shalat Ashar sebelum suamiku dijemput. Sementara Naira sudah berpindah tangan ke Bapak mertua sejak selesai kukenakan ia pakaian. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Belum juga salam, kudengar suami menelepon paman di Tasik perihal kondisi nenek. Konsentrasi detik-detik hendak salamku buyar. Pikiranku sudah tidak-tidak. Setelah salam, kulipat mukena parasutku sekenanya. Kuserbu suami yang terlihat mondar-mandir di ruang tamu sambil menelepon. Bapak dan ibu mertua juga terlihat sibuk dengan mimik wajah yang tampak tegang. Pikiranku liar, namun tak ingin kuungkapkan. Tak sabar kutanya suami tentang yang sebenarnya. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Ada apa, Bang?" suami belum menjawab, Mamah langsung memotong. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Mamah sama Bapak disuruh ke Tasik sekarang juga, Teh. Kayaknya nenek juga udah enggak ada." </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Ya Allah, tak tahu lagi bagaimana perasaanku mendengar kata-kata ibu mertua. Beliau dengan tenang menjawab seperti sudah begitu siap dan ikhlas. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Teteh sama Nai ikut, Mah! Setidaknya keluarga Tasik bertemu Nai."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Enggak usah, Teh! Mamah sama Bapak naik bis. Biar aja Teteh tinggal di rumah sama Ganang. Bentar lagi pulang dari kampus. Riweuh bawa bayi, kasiaan!"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Diluar dugaan justru Bapak mengizinkan. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Udah, enggak apa-apa lah. Teteh ikut aja sama Nai."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Tanpa ba-bi-bu kukemas semua peralatan Nai dan beberapa pakaianku dalam satu tas. Tak lupa Al-Quran saku kuikutsertakan di dalamnya. Untungnya suami memohon bantuan rekan kerja yang hendak menjemputnya ke Cikampek untuk mengantarkan kami ke terminal bis terdekat jurusan Tasikmalaya. Syukurlah mereka memenuhi keinginan kami. Sebenarnya aku sudah meminta suami untuk menggunakan mobil rental atau mencari sopir untuk mobil Bapak menuju rumah nenek. Namun Mamah tidak setuju, tetap bersikeras dengan pendapatnya. Sepanjang jalan ke pool bis kami lebih banyak diam. Cemas. Khawatir. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Tiba di terminal, bis masih kosong. Sepertinya kami harus menunggu beberapa jam lagi untuk berangkat. Terus terang aku kesal. Lebih karena asap rokok yang dengan seenaknya disembur oleh salah satu calon penumpang yang duduk agak jauh dari posisiku dan Mamah di ruang tunggu. Kuputuskan untuk keluar dari situ. Aku tidak mau asap rokok dihirup oleh Nai. Apa dia tidak tahu akibat dari asap rokok jika dihirup Nai? Apa dia mau menanggung biaya rumah sakit jika Nai dirawat gara-gara terhisap asap rokoknya? Ah, pikiranku kacau sudah. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Yang terjadi selanjutnya sungguh mencengangkan. Aku yang baru saja tenang sambil menggendong buah hati di depan musholla kebingungan. Tidak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah semua terburu-buru dan panik setengah mati, setelah kecemasan dan kekhawatiran menyelimuti hati, mendadak berubah 180 derajat. Tiba-tiba saja suami memanggil menyuruh masuk mobil kembali. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Ada apa ini? Kenapa pulang lagi?" tanyaku dengan ekspresi tak mengerti. Terdengar Mamah berbicara cepat sekali dalam bahasa Sunda yang sulit kumengerti terjemahannya. Lalu disambut tawa oleh Bapak dan Mamah yang membuatku semakin tak waras. Kenapa sekarang jadi tertawa? Belum terjawab rasa penasaran ini, kuikuti saja perintah suami untuk masuk mobil. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Kenapa koq pada ketawa, sih?" tanyaku pada suami. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Mamah salah baca sms, Dek!" jawabnya disertai seringai tawa. Aku tersenyum masih tak mengerti. Kuarahkan pandangan ke Mamah yang salah tingkah.</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Iya Teh, tadi pas lagi duduk di ruang tunggu bis Mamah buka lagi hp. Lihat sms tadi ternyata itu sms tanggal 7 Februari kemarin. Trus Mamah telepon Mang Uden, eh katanya nenek baik-baik aja." </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Tapi kan Abang juga udah langsung nelpon ke Tasik sebelum berangkat ke terminal tadi? Katanya gimana?" kualihkan pandangan ke arah suami meminta klarifikasi. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Memang tadi katanya nenek udah dipasang Oksigen sama bidan depan rumah. Sempat terasa sesak katanya." </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Karena situasi menjadi riuh di mobil, akupun jadi tertawa. Bahkan sambil bercanda mengingat kecemasan dan rencanaku mendesak suami untuk menyewa mobil. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Coba tadi pake mobil rental, harus bayar <i>cancellation fee</i>nya kan! Haha Bapak sih enggak periksa dulu smsnya!" kini Mamah yang menyalahkan Bapak karena tidak ikut mengecek sms dengan teliti. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Loh, koq jadi Bapak yang disalahkan? Kan Mamah yang baca smsnya! Lagian harusnya kalau ada sms pasti bunyi. Tadi bunyi, enggak?" todong Bapak tidak mau kalah. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Iya ya, tadi sih Mamah lagi hapus-hapusin sms lama. Trus kebaca sms itu. Langsung tunjukin ke Bapak!"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Sumpah! Tawaku meledak seketika. Juga semua yang ada di mobil. Tidak enak juga karena sudah merepotkan rekan suamiku. Sepanjang perjalanan ke rumah yang ada hanya tertawa penuh canda. Belum lagi suami yang memberi saran gila untuk melanjutkan saja perjalanan ke Tasik karena terlanjur malu sudah pamitan sama tetangga. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Benar saja, tetangga terheran-heran karena baru satu jam kami sudah kembali lagi. Berhubung maghrib tiba, suami memutuskan untuk berangkat setelah shalat. Biar rekan kerjanya juga bisa istirahat dan menghangatkan tubuh dengan teh hangat. Pakaian basah Nai kujemur kembali di belakang. Kebetulan Ganang juga baru saja pulang dari kampus. Ia terperanjat juga dan bingung. Suami menceritakan kembali kronologisnya pada sang adik hingga ia mengerti. Lalu aku shalat maghrib.</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Saat hendak membongkar kembali barang bawaan, saat suami baru saja pulang dari mesjid, hp suami berdering. Suami berbicara dengan bahasa Sunda. Percakapan yang sangat singkat karena ia hanya menjawab "terima kasih."</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Bang, ada apa?"</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">"Nenek udah meninggal, Dek! Baru saja. Mah, yang tabah ya!" </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Bagai halilintar, ucapan suami begitu menggelegar di telinga. Detik itu juga Bapak memeluk Mamah ikut bersedih. Ganang yang tertunduk lalu menghubungi Graha yang bekerja di Cilegon, adik iparku. Sementara aku? Aku langsung terduduk di kursi yang memang tepat berada di belakangku. Seandainya kursi itu tak ada, dapat dipastikan aku tersungkur lunglai. Tubuh tiba-tiba terasa layu. Butiran bening itu cepat sekali keluar dari mataku. Seketika itu pula tangisku pecah. Suami menenangkanku. Aku yakin ia tahu sekali maksud dari tangisku. Kuraih Nai dari tangan Ganang. Kupeluk dan kuciumi ia sambil menangis. Lalu kukatakan,"Buyut tidak sempat ketemu sama Nai..." <i>Tidak akan pernah. Bahkan cicit pertamanya sekalipun!</i></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><i><br></i></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Dari kejadian ini, aku belajar beberapa hal. Jangan menunda-nunda untuk berbuat kebaikan. Terutama silaturrahim. Terakhir kali aku bertemu nenek sebelum hamil dan itu hampir dua tahun yang lalu. Saat hamil beliau ingin sekali melihat kehamilanku. Dan yang sangat kusesali adalah sebelum Nai kami bawa ke Kalimantan, kami habiskan satu minggu hanya di Bandung saja. Padahal nenek ingin sekali melihat cicit pertamanya. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Kedua, jangan pernah tertawa di saat ada saudara atau teman yang sakit. Boleh jadi saat kita tertawa sebenarnya malaikat sedang bekerja menunaikan tugasnya dari perintah Allah. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Begitulah skenario Allah. Semua telah tercatat di Lauh Mahfudz. Manusia hanya melakonkan saja namun Allah yang Maha Berkehendak. Memasrahkan segalanya padaNya dan menjalankan semua perintahNya. </span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Semoga arwah nenek diterima oleh Allah swt. Dari sekian sanak famili yang menjaga nenek, tak mereka sadari sakratul mautnya hingga akhir hayat tiba. Semoga khusnul khatimah. Aamiin.</span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div><div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-35301728339757603332014-02-16T13:02:00.000+08:002014-02-16T13:02:12.366+08:00Suddenly, Miss Sangatta Very Much!Beberapa hari menghabiskan waktu di Kota Kembang, tiba pula waktunya untuk pulang. Biasanya kalo yang namanya turun ke kota, senengnya bukan main. Tapi tidak untuk kali ini.<br />
<br />
Gimana enggak kaget coba! Pas baca beberapa info dari sosial media manapun, imbas dari letusan Gunung Kelud dalam beberapa jam saja udah menyebar luas hingga ke Yogyakarta. Padahal lokasinya di Jawa Timur. Inget banget, pas hari Jumat siang saya menjemur pakaian di belakang rumah mertua. Memang sih cuacanya kayak mendung, tapi ada yang aneh! Langit enggak keliatan awan, tapi mendung. Sekilas saya merasakan kayak hujan, tapi enggak terasa ada air yang menetes. Yah, daripada pulang dengan pakaian basah, saya biarkan aja di jemuran. Toh kalau hujan bisa diangkat lagi.<br />
<br />
Masih dengan televisi yang tidak dinyalakan sejak pagi. Waktu itu sore sekitar pukul 5.30 pm. Udah baca sih dari status-status temen yang memberitakan letusan Gunung Kelud. Pas mau ngangkatin jemuran, awalnya biasa aja. Tapi ngeliat bajunya suami yang berwarna gelap, kayak ada abu menempel. Tipis banget memang tapi sangat kentara terlihat. Jangan-jangan...!<br />
<br />
Bener aja, pas chatting sama teman-teman via bbm mereka pada bilang kalau pergerakan abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud sudah sampai ke Jawa Barat. Laa ilaahaillallaah... Gimana dengan penerbangan dari Bandung ke Balikpapan? Memang sih suami udah ngecek dari Jakarta (sedang dinas) katanya tiket dari Bandara Husein, Bandung udah sold out. Namun entah kenapa, saya udah curiga kalau Bandara juga bakal ditutup sementara karena abu sudah tebal di sekitar stasiun Bandung (mendapat kabar dari teman via WA). Untungnya suami orangnya cepat tanggap. Saya diminta untuk memesan tiket ke Balikpapan dari Cengkareng.<br />
<br />
Astaghfirullaah, ternyata benar. Pas TV dinyalakan ada informasi melalui KompasTV bahwa Bandara Husein, Bandung telah ditutup. Huff, gak perlu was-was karena menurut informasi malah ada penumpang yang hanya 50% dari harga tiket beli yang direfund.<br />
<br />
Alhamdulillah Bandara Soetta, Jakarta masih beroperasi bandaranya. Hanya beberapa tujuan yang tidak dibuka terlebih dahulu mengingat kondisi yang belum bisa terbang. Sekarang kami sedang di BNI Lounge sambil menunggu boarding dan menikmati hidangan untuk menghilangkan lapar dan dahaga. Cuacanya saat ini mendung banget diluar, awan tampak gelap dan tadi sempat hujan juga.<br />
<br />
Ah, memang Sangatta ngangenin banget. Bersyukur rasanya tinggal walaupun di kawasan remote area, namun terasa nyaman disana.<br />
<br />
Sangatta... I'm comiiiiing!!!Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2731080558977644885.post-60947326334878789882014-02-10T10:23:00.001+08:002014-02-10T10:30:56.136+08:00Selamat Jalan Pak Walikota Banda Aceh, Mawardi!Sabtu malam, 8 Agustus lalu entah ada angin apa yang menggerakkan suami untuk menyalakan TV. Karena sudah hampir tiga bulan ini dengan tega dan nyaris kami biarkan ia nganggur begitu saja di ruang tamu. Paling sesekali saja itupun kalau ingat.<div><br></div><div>Baru beberapa menit TV nyala, tiba-tiba seorang teman mengirim pesan BBM mengingatkan tayangan ulang talkshow di chanel MetroTV. Setelah kira-kira 30 menit berlalu, tak sengaja mata terarah pada catatan kaki ketika giliran iklan ditayangkan. JDERRR. Laksana disambar gledek, jantung serasa berhenti sesaat. Enggak percaya. Sampai-sampai nunggu lagi 'footnote' yang berjalan ke kiri itu berulang. Ternyata benar. Bapak Walikota Banda Aceh, Mawardi meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi raaji'un saya ucapkan bersama suami. </div><div><br></div><div>Mungkin untuk rakyat Aceh yang mengenal beliau saja yang merasa kehilangan. Rekan dan sahabat-sahabat, serta sanak keluarga. Tapi ada kesan yang tak akan terlupakan oleh kami berdua walaupun kami bukan siapa-siapanya beliau. Yaitu, pada saat kami menghadiri undangan malam Australian Alumni Award sekaligus Gala Dinner di Hotel Four Seasons, Jakarta Selatan Juni 2012 silam. Beliau dinobatkan sebagai salah seorang yang inspiratif mendapat penghargaan untuk kategori Inspirational Award, selain Ibu Mari Elka Pangestu. </div><div><br></div><div>Sangat tidak menyangka kalau malam itu harus mendengar sambutan pertama dan terakhir dari beliau. Sambutan spektakuler dari seorang berpengaruh yang mengaku sudah lama tidak pernah lagi berbahasa Inggris. Sangat rendah hati menurut saya untuk ukuran seorang pemimpin. Ternyata, malam itu pula pertemuan sekaligus perbincangan kami untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Sampai detik ini masih teringat oleh kami detik-detik itu. </div><div><br></div><div>Setelah pembagian penghargaan kepada finalis dan pemenang, acara dilanjutkan dengan Gala Dinner. Saya memberanikan diri untuk menyapa Pak Mawardi yang saat itu hendak berbincang dengan Najwa Shihab. Kemungkinan terburuk sudah siap saya terima, dicuekin. Tapi diluar dugaan, ketika menyapa beliau dengan bahasa Aceh mendapat respon positif walaupun disuruh tunggu sebentar ada hal penting yang harus disampaikan ke Mba Najwa. </div><div><br></div><div>Sudah direspon saja senangnya bukan main, maka saya putuskan bersama suami untuk menikmati menu yang seumur-umur belum pernah dicicipi. Maklum, biasanya hidup di hutan hehe. Yang lainnya banyak yang berdiri agar bisa sambil berbincang, persis gaya orang bule. Tapi kami berdua memilih makan sambil duduk. Piringnya kepenuhan soalnya. </div><div><br></div><div>Tak disangka tak diduga, sosok walikota Banda Aceh tersebut menghampiri kursi kami berdua yang terletak lumayan jauh dari posisi beliau berbicara tadi. Speechless. Itulah yang saya rasakan. Sementara suami baru mengakui saat di taxi dalam perjalanan pulang. Beliau yang malah membuka pembicaraan dan banyak bertanya tentang kami secara personal. Saat itu kedekatan antara anak dan bapak lah yang terasa. Kami bukan orang yang berpengaruh, bukan elit politik, bukan pengusaha, bukan apa-apa. Hanya orang biasa. Namun Beliau begitu legowo duluan menyapa dan bisa dibilang mencari jejak kami malam itu. Sepuluh menit itu tidak terasa dan waktu yang sangat berharga bagi kami berdua. Dan ternyata Allah sudah mengatur sedemikian rupa. </div><div><br></div><div>Kesan itu menjadi kenangan yang sangat berarti bagi kami dan keluarga. Walaupun tidak bertemu, tapi sudah cukup mewakili dari cerita kami. Bahkan di hari yang sama ketika pemberitaan, justru orang tua kami ikut mengabarkan. Ah, andai saat itu kami berada di Banda Aceh. Seluruh upaya akan kami sempatkan untuk ziarah. Terlepas dari kesempatan yang tidak kami miliki tersebut, hanya doa yang bisa dipanjatkan semoga amal dan kebajikan yang telah beliau berikan selama membangun Aceh, khususnya Banda Aceh sejak pasca tsunami diterima oleh Allah swt. </div><div><br></div><div>Aamiin.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00925517396670808189noreply@blogger.com2