Tulisan ini terilham dari kuliah Science Education and Contemporary Culture yang diisi oleh Russell Tytler. Beliau dan koleganya menulis jurnal yang berjudul "Values in Science bla bla bla..." (lupa lanjutannya). Postingan ini sih udah saya tulis juga di situs kompasiana. Tapi gak ada salahnya kayaknya buat temen2 yang gak mengakses kompasiana bisa baca dari blog saya langsung ^^
Dalam diskusi mengenai pendidikan bersama dosen kemarin, saya jadi berpikir bahwa dimensi kehidupan seseorang itu meliputi rasionalitas dan moral. Kalau ditilik dari teori pendidikan, perubahan konseptual alias “conceptual change” hanya meliputi aspek kognitif (pengetahuan) saja dan banyak peneliti2 di bidang pendidikan mengemukakan teori2 baru bahwasanya teori ini tidak dapat dipisahkan dengan aspek etika (moral). Mungkin ini juga yang jadi alasan dalam penilaian terhadap siswa tidak cukup hanya mengukur kognitif dan psikomotor saja, tapi harus diukur pula sisi attitude alias sikap siswa.
Nah, apa hubungannya dengan identitas dan jati diri seseorang? Tentu saja, nilai2 dari pendidikan itu termasuk penentuan identitas pribadi, dimana individu itu sendiri yang memutuskan langkah selanjutnya dari apa yang telah dia usahakan. Orientasi setiap orang itu berbeda-beda. Namun, yang berkenaan langsung dengan isu identitas dan jati diri adalah 2 pertanyaan berikut: Pertama, Saya mau menjadi apa? dan yang Kedua adalah Saya ingin menjadi siapa?
Apa bedanya kedua pertanyaan itu? Jelas sekali berbeda. Kalau yang pertama orientasinya adalah keputusan dari individu itu sendiri, sementara yang kedua adalah keputusan yang berorientasi pada orang kedua alias melihat pada orang lain untuk ditiru. Nah, bagaimana dengan kondisi rakyat Indonesia pada umumnya sekarang? Termasuk diri kita sendiri. Pertanyaan mana yang lebih pantas untuk dijadikan tolok ukur buat diri kita sebagai seorang decision maker terhadap diri kita sendiri.
Nilai ini hanyalah segelintir dari nilai2 lain yang merupakan hasil dari suatu pembelajaran seseorang. Bicara soal moral atau etika adalah berbicara soal ‘baik’ dan ‘buruk’. Makanya gak heran, banyak orang pintar yang tidak mengedepankan etika atai moral menyalahgunakan kepintarannya, seperti banyaknya tragedi pemboman sebagai aksi terorisme yang mengorbankan banyak orang atau kasus2 yang lagi in di negara kita tercinta yang menyalahgunakan kekuasaannya. Tentu masih banyak lagi contoh2 lainnya.
Semuanya kembali lagi pada diri pribadi. Karena diri kita sendiri lah yang sebenarnya yang menentukan pilihan hidup kita mau ke arah yang baik atau yang buruk. Mulai sekarang, mari kita bercermin pada diri masing2.
Cheers ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar