Kamis, 30 Januari 2014

Perjuangan Bayiku

Lucu sekali melihat bayi. Sosok kecil, imut nan menggemaskan tak membuat bosan mata memandang. Coba tengok bayi Nairaku. Kulit yang bersih, hidung bangir, pipinya yang tembem sampai-sampai hampir tumpah. Kalau ia menundukkan sebagian wajahnya, seketika itu pula pipi seperti menelan hidungnya. Saking 'chubby'nya tu pipi. Apalagi jika ia tersenyum, aduhai mampu menghipnotis siapa saja untuk terus menatapnya. Ah, Naira. 

Belum lagi pahanya yang menampakkan beberapa lipatan dan betis bak pemain bola. Otot yang mengisi tulangnya pun sungguh padat dan gempal, yang membuat sang ayah selalu mengeluh pegal tiap menggendongnya agak lama. Sudah enam bulan rupanya kau hirup udara Allah, nak. 

Tadi mama tertawa melihat tingkahmu, nak. Ketika kau asyik memainkan bagian atas (penutup) kotak yang melindungi lipglos mama, yang bentuknya segi empat bermotif bintang warna-warni. Mungkin corak tutup kotak itulah yang membuatmu tertarik dan memutuskan untuk menggenggamnya. Sengaja kulakukan agar kau bisa mengenal banyak benda di sekitarmu. 

Memang saat mama sodorkan itu, kau tak langsung mengambilnya. Dengan mimik serius kau perhatikan dengan seksama seperti memastikan bahwa benda di hadapanmu cukup menarik untuk dimainkan. Akhirnya, setelah kau menimbang, menilai dan memutuskan, kini tangan mungil itu berpindah arah dan menggenggam sebagian kotak yang terpisah. 

Posisimu tengkurap saat memulai bermain dengannya. Jemari mungil tapi buntal itu meraba benda yang baru kali ini ia terima. Tangan kanan sibuk memreteli, sementara tangan kiri lebih kau percayakan untuk menopang bobot tubuhmu. Sesekali engkau ganti peran kedua tanganmu, agar adil mungkin. 

Tutup kotak yang keras dan tebal itu mulai berputar, lalu terbalik, berganti arah, tapi seolah pasrah saja mau diapakan juga oleh putriku. Bayi Naira tampak semakin penasaran. Ia menekuk lutut kanannya namun tangan tetap enggan menghentikan aktivitasnya. Tangan kirinya kini mengibaskan benda baru itu 90 derajat dari posisi awal. Bagian tubuh lainnya mengikuti arah benda tersebut berpindah. 

Tak berhenti sampai disitu, bayi Naira mulai menggenggam erat dan secara perlahan coba tuk memasukkan benda segi empat itu ke mulutnya. Tak berhasil. Terlalu kecil mulut bayi Naira untuk menampungnya. Yang ada malah saliva meluber kemana-mana. Lalu penutup itu diletakkannya ke lantai, diperhatikannya lagi. Kali ini hanya sebentar, lalu dimasukkan lagi untuk digigitnya. Tak bisa juga. Nairaku berjuang. 

Hampir putus asa, ia pun merengek. Naira mencondongkan punggung dan kepalanya ke belakang hingga posisi tubuh jatuh terlentang. Sementara tangan kanannya masih menggenggam tutup kotak pelindung lipglos. Sepertinya ia masih belum sadar dengan genggamannya. Karena bayi Naira menangis manja merasa tak berhasil dengan usahanya. Tapi kemudian ia langsung terdiam ketika dilihatnya setengah kotak segi empat itu berada di tangannya. 

Pemandangan yang menarik buatku dan sayang untuk dilewatkan. Begitulah cara ia belajar mengenali apa yang dilihatnya. Menstimulus daya kerja otak, sensorik dan motoriknya untuk membantu 'perjuangan' dan perkembangannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar