Assalamualaikum Wr Wb Ayah Bunda semua, apa kabar? Bagaimana kabarnya buah hati?
Berbicara tentang anak memang tiada habisnya ya. Tingkahnya, sikapnya, ocehannya benar-benar membuat kita takjub dan tak jarang membuat kita mengalami kenaikan tensi hehe. Namun, seperti itulah cara mereka belajar. Cara mereka melihat dunia. Melihat hal yang baru dan memicu mereka rasa ingin tahu yg lebih besar. Seiring dengan perkembangan usia mereka, rasa ingin tahu ini melibatkan tak hanya indera mereka, tapi juga motorik (fisik) mereka.
Gak usah jauh2, saya melihat perkembangan anak saya sendiri yg sekarang menginjak usia 3 tahun lebih aja terkaget-kaget. Soalnya banyak sekali perubahan yang terjadi dari tingkah, sikap dan juga interaksi sosialnya setiap saya bawa ikut ke acara-acara (IRT sok sibuk ceritanya). Kadang saya sampai bertanya dalam hati, siapa ya yang ngajarin Nai? Koq bisa Nai ngelakuinnya? Tapi ya begitulah ya, anak-anak memang punya cara sendiri untuk belajar hal baru. Padahal jujur, saya lebih sering membiarkan anak saya untuk melakukan aktivitas yang dia inginkan ketimbang mengajarinya. Saya hanya mengajak dan melibatkannya saja jika saya sedang melakukan sesuatu.
Ayah Bunda juga pasti sering mengamati perubahan-perubahan pada anak-anak bukan? Terutama kemampuan motorik mereka. Yuk kita intip apakah sudah sesuai menurut usianya.
Ayah bunda, ternyata setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Nah, rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik sang anak. Selain pengaruh dari genetik, kesehatan dan gizi, serta budaya di lingkungan setempat tentunya.
Mengapa rangsangan sangat mempengaruhi kemampuan motorik anak? Karena dengan adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik. Baik itu motorik kasar maupun motorik halus (gerakan sebagian tubuh). Banyak pakar anak yang menguraikan berbagai kegiatan untuk tahapan usia pada anak, salah satunya adalah sebagai berikut:
Usia 1-2 tahun, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain. Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga yang diawasi orang dewasa tentunya.
Usia 3-4 tahun, agar kemampuan dan keterampilan motorik halus dan kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Orang tua dapat mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zig-zag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulu tangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.
Usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun di kelompok usia ini anak-anak lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada permainan-permainan dari gadget.
Usia 1-2 tahun, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain. Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga yang diawasi orang dewasa tentunya.
Usia 3-4 tahun, agar kemampuan dan keterampilan motorik halus dan kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Orang tua dapat mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zig-zag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulu tangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.
Usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun di kelompok usia ini anak-anak lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada permainan-permainan dari gadget.
Perkembangan dunia gadget yang semakin pesat juga banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan. Apalagi jika dalam proses pengasuhan sang anak, orang tua yang seharusnya menjadi pendidik utama justru kerap menyodorkan gadget dengan alasan agar anak mau diam. Ini tentu sedikit banyak akan berdampak pada perkembangan motorik anak terutama bila kita sebagai orang tua tidak bijak dalam menyikapi urgensi pemberian gadget. Memang yg paling repot tu soal gadget ini ya ayah bunda. Mau bikin komitmen sekuat apapun terkadang kalau sikonnya gak memungkinkan tetap deh gadget suka jadi alternatif terakhir. Terutama kalau tingkah mereka sudah gk bisa dikontrol. Padahal ya, anak kalau sudah terpapar teknologi apalagi sejak usia dini, biasanya kemampuan interaksi sosial anak akan berkurang dan mereka cenderung untuk berpikir instan, serta membuat anak menjadi tidak aktif. Untuk lebih lengkap lagi informasi dari dampak gadget terhadap anak dapat dilihat di video ini.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kita sebagai orang tua harus senantiasa memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak telah tercapai secara optimal. Bahkan survei membuktikan (kayak kuis famili 100 aja) bahwa keterlibatan orang tua secara langsung justru memaksimalkan proses perkembangan mental dan juga motorik mereka. Nah, gimana dong kalau orang tuanya bekerja? Biasanya anak-anak yang masih kecil ada pengasuhnya, atau ada yang dititipkan di tempat penitipan anak. Maka orang tua bisa mengkomunikasikan dengan pihak tersebut untuk tidak melibatkan gadget selama dititipkan dan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan rangsangan-rangsangan yang baik untuk perkembangan mereka.
Dengan mengetahui perkembangan motorik kasar dan halus anak maka tentunya hal tersebut sangat memudahkan orang tua dalam memilihkan aktivitas yang tepat untuk anak. Namun kadang yang namanya orang tua ya, ingin memberikan yang terbaik untuk anak seperti mainan-mainan yang menarik bahkan sampai ke level canggih. Dengan harapan anak-anak kita terhibur dan senang memainkannya. Apalagi jika bisa menggantikan gadget. Namun pastikan orang tua tetap harus bersabar ketika anak mengalami kesulitan di awal prosesnya karena faktor kematangan syaraf anak juga berpengaruh loh terhadap perkembangan mereka. Terkadang namanya orang tua ingin anak bisa ini bisa itu. Namun jika kematangan anak belum sampai ke level yg kita harapkan pemaksaan justru akan sia-sia. Mereka tidak akan mampu kecuali berproses. Dan harus diperhatikan jangan sampai ada tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut karena hal tersebut justru dapat mengganggu proses usaha anak.
Nah catatan juga nih buat orang tua yang bekerja senin-jumat bahwa anak-anak itu sangat butuh perhatian dan kasih sayang. Saya yang ibu rumah tangga saja seringkali anak saya itu minta ditemani jika ia sedang main. Atau sekedar duduk saja di sebelahnya. Bahkan, dalam sehari bisa puluhan kali Nai datang sengaja memeluk saya lalu bilang, "saaayang Mama". Apa gak meleleh kita sebagai orang tua hehe... Untuk itu, usahakanlah setiap akhir pekan orang tua mengajak anak-anak berekreasi maupun memperlihatkan banyak hal tentang alam sehingga terbentuk kebersamaan dan quality time antara orang tua dan anak. Mereka akan senang sekali dan bakal menunggu akhir pekan-akhir pekan berikutnya bersama kedua orang tuanya.
Ayah bunda, yuk mulai sekarang mari menjadi orang tua yang bijak demi tumbuh kembang yang optimal anak kita :) Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat untuk semua orang tua maupun bagi calon orang tua. Aamiin
Sumber: disini dan ini
Dengan mengetahui perkembangan motorik kasar dan halus anak maka tentunya hal tersebut sangat memudahkan orang tua dalam memilihkan aktivitas yang tepat untuk anak. Namun kadang yang namanya orang tua ya, ingin memberikan yang terbaik untuk anak seperti mainan-mainan yang menarik bahkan sampai ke level canggih. Dengan harapan anak-anak kita terhibur dan senang memainkannya. Apalagi jika bisa menggantikan gadget. Namun pastikan orang tua tetap harus bersabar ketika anak mengalami kesulitan di awal prosesnya karena faktor kematangan syaraf anak juga berpengaruh loh terhadap perkembangan mereka. Terkadang namanya orang tua ingin anak bisa ini bisa itu. Namun jika kematangan anak belum sampai ke level yg kita harapkan pemaksaan justru akan sia-sia. Mereka tidak akan mampu kecuali berproses. Dan harus diperhatikan jangan sampai ada tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut karena hal tersebut justru dapat mengganggu proses usaha anak.
Nah catatan juga nih buat orang tua yang bekerja senin-jumat bahwa anak-anak itu sangat butuh perhatian dan kasih sayang. Saya yang ibu rumah tangga saja seringkali anak saya itu minta ditemani jika ia sedang main. Atau sekedar duduk saja di sebelahnya. Bahkan, dalam sehari bisa puluhan kali Nai datang sengaja memeluk saya lalu bilang, "saaayang Mama". Apa gak meleleh kita sebagai orang tua hehe... Untuk itu, usahakanlah setiap akhir pekan orang tua mengajak anak-anak berekreasi maupun memperlihatkan banyak hal tentang alam sehingga terbentuk kebersamaan dan quality time antara orang tua dan anak. Mereka akan senang sekali dan bakal menunggu akhir pekan-akhir pekan berikutnya bersama kedua orang tuanya.
Ayah bunda, yuk mulai sekarang mari menjadi orang tua yang bijak demi tumbuh kembang yang optimal anak kita :) Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat untuk semua orang tua maupun bagi calon orang tua. Aamiin
Sumber: disini dan ini