Rabu, 17 Oktober 2012

Strategi Pengajaran dalam Les Privat

Di tulisan sebelumnya telah saya paparkan bagaimana saya merintis bisnis les privat untuk anak SD dan SMP untuk pertama kalinya sekaligus perencanaan yang saya lakukan sebagai langkah awal untuk menjalankan les privat. Kali ini, mumpung semangat menulis saya masih membara giliran strategi pengajarannya yang pengen saya share ke temen-temen pembaca yang budiman. Semoga masih betah membaca inti yang mau saya tulis selanjutnya ya :D

Sebenarnya, saya modal nekat aja menjalankan usaha les privat ini. Sebelumnya saya cuma pernah ikutan bimbel (bimbingan belajar) aja di BIMA, Medan saat mengisi waktu libur bulan Ramadhan sewaktu kelas 2 SMA (keren banget ya gue hehehe) sama bimbel di GO (Ganesha Operation) di Medan (Jl. Hayam Wuruk) Siapa alumni GO?  Sama dong kita xixixi... Nah, kalo di bimbel profesional kayak yang udah saya sebutin barusan kan tentornya pilihan tuh... Trus sistemnya mereka menyediakan modul untuk kita belajar trus pas pertemuan tentornya membahas soal sebagai contoh terlebih dahulu, trus kita disuruh ngerjain soal latihan yang tersedia. Saya kurang tau sih peserta lain gimana, kalo saya udah duluan saya kerjain soal-soalnya pas di kos (tinggal di kos ceritanya untuk bimbel persiapan UMPTN). Saya yakin 99% teman-teman saya saat itu kebanyakan ngerjainnya pas disuruh aja. Apalagi tanpa pengawasan. Saya sih melihatnya sistem kayak gitu hanya bersifat satu arah aja. Nah, di les privat saya yang sebenarnya sistemnya gak terlalu beda sama bimbel, saya lebih menekankan sistem pembelajaran yang dua arah.

Siswa/i kelas 3 SMP sedang belajar di kelas
Misal di kelas Matematika, saya tanya dulu sama mereka ada PR atau gak, kalo ada maka saya lebih memprioritaskan kelas untuk mengerjakan PR. Sistemnya, saya tunjuk setiap siswa untuk mengerjakan soal yang berbeda. Lalu mereka harus mengerjakannya di whiteboard sekalian sehingga teman-teman mereka juga bisa mengkoreksi langsung. Gak lupa saya konfirmasi ke yang lain apakah mereka mengerti atau tidak. Setelah itu, setiap siswa/i yang udah selesai ngerjain di whiteboard, saya akan meminta mereka untuk mengerjakan soal selanjutnya.
Trus, kalo ada yang mereka gak ngerti, saya gak segan-segan untuk mendatangi meja mereka buat ngedampingi mereka dalam menyelesaikan soal yang nantinya siap disalin di whiteboard untuk disaksikan teman-teman mereka. Sebisa mungkin saya berusaha memfasilitasi kenyamanan suasana belajar mereka, sehingga mereka termotivasi untuk mau belajar.

Siswa kelas 1 SMP sedang berlatih soal
Beda halnya dengan kelas Bahasa Inggris, saya menerapkan kelas sebuah peraturan yang tegas tapi tetap dengan suasana yang cair, yaitu di kelas siswa diwajibkan untuk berbicara bahasa Inggris dan dilarang berbicara dengan bahasa selainnya. Teman-temannya yang mendengarkan ada yang diantara mereka berbicara selain dengan bahasa Inggris harus melaporkan pada guru sehingga beberapa kompensasi akan saya berlakukan. Misalnya, jika teman-temannya ada yang request untuk menyanyi, dancing, atau give a speech, dll maka yang mendapat kompensasi harus melakukannya. Karena mereka saling kenal, suasana akan lebih cair dan mereka rela melakukannya hehehe... Hal ini saya terapkan semata-mata untuk kemajuan mereka juga. Saya mengadopsi sistem pengajaran seperti ini dari dosen saya dulu di Malaysia, yang menerapkan hal yang sama sehingga saya bisa lulus tes IELTS untuk melanjutkan studi di Australia (Deakin University). Penerapan English skill juga saya utamakan mengingat kemampuan reading, writing, listening and speaking adalah serangkaian kewajiban seorang siswa/i yang mutlak harus dikuasai jika ingin mahir dalam kemampuan berbahasa Inggris. Jadi, saya juga memberikan tugas seperti reading paragraphs, agar mereka terbiasa dengan pengucapan dalam bahasa Inggris. Tidak lupa, vocabulary menjadi kewajiban untuk mereka hapalkan setiap harinya. Gimana bisa bicara kalo gak tau kata apa yang harus diucapkan :D

Di awal pertemuan, saya selalu mengingatkan mereka betapa pentingnya ilmu untuk mereka pelajari. Apalagi bahasa Inggris dan matematika, menurut saya kedua bahasa ini menjadi dasar ilmu yang sangat fundamental untuk masa depan mereka nanti. Selain itu, saya berusaha memberikan pengertian kepada mereka mengapa dalam kelas bahasa Inggris saya terapkan sistem seperti itu, yaitu agar mereka terbiasa dan "terpaksa" untuk ngomong pake English. Alhamdulillah, selama ini anak didik saya cukup mengerti dan kooperatif di kelas. Menurut saya, ini memudahkan saya dalam memimpin kelas dan saya jadi cukup optimis bahwa mereka akan sukses.

Oya teman-teman pembaca, sebenarnya saya pernah mengajar siswa/i SMP sebelumnya, yaitu 2 bulan sebelum Ramadhan 2012 kemarin. Berhubung cuma 5 orang saja (karena sengaja tidak saya bikin publikasinya seperti sekarang) maka pertemuan lesnya tidak seintensif sekarang. Sistem pembelajarannya juga saya praktikkan sama seperti yang sedang berjalan sekarang. Adalah suatu kebahagiaan bagi seorang guru saat mengetahui siswa/i dibawah didikannya selama ini mengalami peningkatan nilai di rapor sekolahnya. Begitu juga les privat ini saya tetap lanjutkan untuk siswa/i SMP karena permintaan dari orang tua yang disebabkan oleh banya hal. Salah satu diantaranya adalah terjadi peningkatan nilai dari kedua mata pelajaran yang saya ajarkan. Bahkan orang tuanya sendiri yang mengatakan langsung kepada saya maupun ke suami saya. Ada juga orang tua yang memang ingin saya untuk buka kelas Bahasa Inggris karena anaknya sangat kurang kemampuan bahasa Inggrisnya. Jadi, les privat ini lebih dilatarbelakangi oleh banyak permintaan ketimbang keinginan saya sendiri. Itu artinya, pasar lah yang memberi peluang untuk saya merambah les privat ini.

Perlu teman-teman ketahui, bahwa pada dasarnya siswa/i yang mengikuti les privat ini hanya belajar 1 jam saja. Secara praktik, dirasa sangat kurang apalagi untuk kelas matematika. Karena membutuhkan waktu untuk mereka menghitung agar dapat menjawab pertanyaan. Namun alokasi waktu ini menurut saya efektif untuk mereka dapat menyerap materi ketimbang alokasi waktu yang lama dengan materi yang lebih banyak, memungkinkan mereka tidak dapat menyerap seluruh materi yang disampaikan. Selain itu, mereka juga tidak akan bosan mengikuti kelas. Dan juga, mereka hanya mengikuti les 2 jam ( 2 hari ) dalam 1 minggu. Jadi 1 hari mereka hanya 1 jam saja lama belajarnya. Dan dalam 1 minggu mereka mengikuti 2 mata pelajaran. Kalau les mereka ikuti pada hari Senin dan Rabu, maka hari Senin mereka mengikuti pelajaran matematika, maka hari Rabunya mereka ikut kelas bahasa Inggris. Hal ini juga berimbas pada tarif les yang sengaja saya miringkan sehingga mendapat banyak minat dari peserta. Hanya Rp 100.000,- / bulan (murah kan?). Selain itu, saya jadi punya banyak waktu luang untuk keluarga :D toh saya ngajarnya saat suami saya belum pulang kerja, yaitu pukul 15.00-16.00. Sementara suami pulang diatas pukul 16.00. Alhamdulillah hingga sekarang, jumlah siswa yang mengikuti les privat di saya berjumlah 17 orang. Sembilan orang dari kelas 1 dan 8 orang dari kelas 3 SMP. Mudah-mudahan nambah terus biar saya tambah semangat untuk terus meningkatkan kualitas ngajar say :D (menambah pendapatan saya juga tentunya hehehe). Sebagai tambahan, saya menerapkan pembayaran dilakukan di awal. Sehingga siswa/i tidak alasan untuk tidak masuk les karena tidak ada hari ganti untuk yang tidak mengikuti les. Bentuk ketegasan seperti ini menurut saya perlu dilakukan agar terbentuk profesionalitas sebuah lembaga privat.

Nah teman-teman, lebih kurang seperti itulah gambaran dari les privat saya, saya juga bersedia jika ada dari teman-teman yang terinspirasi untuk juga menggeluti usaha les privat seperti ini untuk bekerja sama dengan saya. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca dari tulisan saya sebelumnya dari link dibawah ini:

Kiat dan Tips Membangun Les Privat 
Nak, Besar Nanti Mau Jadi Apa?

17 komentar:

  1. Balasan
    1. Eh Munen... Cuma kecil-kecilan aja Munen... Untuk ngisi waktu luang juga, sekalian pengen belajar bisnis. Siapa tau ntar aku bisa bikin lembaga bimbel sendiri :D

      Aaaamiiiiin

      Hapus
  2. The broe: waktu ngalur ngidul di Internet, tau2 eh nysar ke warung belajarnya bu rosi..
    dan ternyata bu rosi "luar biasa" sekali, "biasa diluar" :)..kalo saya punya anak nanti saya masukin ke kursusnya bu ros aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. @The broe: jadi ceritanya nyasar ya di blog saya :D iya sebenarnya biasa diluar ni The broe... Tau aja xixixixi... Iya, segera mendaftar karena limited edition ni broe :D

      Anyway, thx ya udah menyimak tulisan saya ;) welcome back...

      Hapus
  3. masukan yg sangat membangun buat saya, Insya Allah sy ingin mengikuti jejak bu ros, doakan sy bu.. :)

    BalasHapus
  4. Membaca tulisan Anda. semakin menambah strategi KBM dalam les privat (b. Inggris) saya. Many thanks...

    BalasHapus
  5. Salam Kenal dr saya Herlita Ruslini dari bangka belitung mb,, :D
    saya merasa terinspirasi oleh tulisan2 mb,, mksh y mb ^__^

    BalasHapus
  6. saya intan dari semarang bu ros, saya masih kuliah, saat ini di rumah saya juga membuka usaha bimbel, tapi yg menjadi kendala adalah jika saya harus mengajar,pada waktu yg sama dengan kelas yg berbeda, ada yg kls 1 sd, 3sd, 4sd dan smp.
    dan iitu masing2 1 orang..jadi sya cukup kuwalahan sendiri?kira kira solusinya apa ya bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar tidak kewalahan bisa dengan split jadwal untuk tiap kelas mba Intan. Bisa juga dengan merekrut pegawai agar tidak terlalu pusing jika sendirian 😊

      Hapus
  7. Saya senang ada orang yang mau mengulas tentang topik ini, dikarenakan jarang sekali ada yang mau membahas strategi dalam les privat. Tentu sebagai seorang guru les private harus mempunyai strategi2 tertentu untuk diaplikasikan terhadap anak-anak, namun tidak semua anak bisa diberikan aplikasi yang sama karena perbedaan karakter nya lah. Maka harus ada strategi2 khusus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali. Apalagi sebagai pendidik kita harus tau gaya belajar tiap siswa bagaimana. Mungkin bisa dites terlebih dahulu melalui quisioner di awal masuk bimbel

      Hapus
  8. alo ibu ros, saya baru merintis atau membuka peluang usaha untuk saya kelola sendiri. saya masih bingung untuk mengatur waktu mengajar terkadang bentrok dengan jadwal siswa yang lainnya

    BalasHapus