Jumat, 19 Oktober 2012

Nak, Besar Nanti Mau Jadi Apa?

Kalian masih inget gak masa-masa kecil dulu kayak apa?
Tulisan saya kali ini saya ingin membawa kalian kembali ke jaman baheula pas masih suka ngompol di celana hihhii... Masa-masa indah tanpa mikirin apapun resiko atas keputusan yang kalian pilih, moment yang tak terlupakan dimana orang tua sangat memanjakan kita. Saya yakin kalian masih bertanya-tanya, inti yang mau saya sampein apa sih? Yup, sabar ya teman-teman... Bakal tak tulis di paragraf selanjutnya. Tugas kalian sekarang, coba kalian bayangkan saat usia kalian sekitar 3-6 tahun...

Saya yakin kalian pasti setuju kalo perkembangan anak-anak sangat tergantung pada cara didik orang tuanya. Kalo saya dulu, mama dan ayah tu paling seneng nanyain

Rabu, 17 Oktober 2012

Strategi Pengajaran dalam Les Privat

Di tulisan sebelumnya telah saya paparkan bagaimana saya merintis bisnis les privat untuk anak SD dan SMP untuk pertama kalinya sekaligus perencanaan yang saya lakukan sebagai langkah awal untuk menjalankan les privat. Kali ini, mumpung semangat menulis saya masih membara giliran strategi pengajarannya yang pengen saya share ke temen-temen pembaca yang budiman. Semoga masih betah membaca inti yang mau saya tulis selanjutnya ya :D

Sebenarnya, saya modal nekat aja menjalankan usaha les privat ini. Sebelumnya saya cuma pernah ikutan bimbel (bimbingan belajar) aja di BIMA, Medan saat mengisi waktu libur bulan Ramadhan sewaktu kelas 2 SMA (keren banget ya gue hehehe) sama bimbel di GO (Ganesha Operation) di Medan (Jl. Hayam Wuruk) Siapa alumni GO?  Sama dong kita xixixi... Nah, kalo di bimbel profesional kayak yang udah saya sebutin barusan kan tentornya pilihan tuh... Trus sistemnya mereka menyediakan modul untuk kita belajar trus pas pertemuan tentornya membahas soal sebagai contoh terlebih dahulu, trus kita disuruh ngerjain soal latihan yang tersedia. Saya kurang tau sih peserta lain gimana, kalo saya udah duluan saya kerjain soal-soalnya pas di kos (tinggal di kos ceritanya untuk bimbel persiapan UMPTN). Saya yakin 99% teman-teman saya saat itu kebanyakan ngerjainnya pas disuruh aja. Apalagi tanpa pengawasan. Saya sih melihatnya sistem kayak gitu hanya bersifat satu arah aja. Nah, di les privat saya yang sebenarnya sistemnya gak terlalu beda sama bimbel, saya lebih menekankan sistem pembelajaran yang dua arah.

Siswa/i kelas 3 SMP sedang belajar di kelas
Misal di kelas Matematika, saya tanya dulu sama mereka ada PR atau gak, kalo ada maka saya lebih memprioritaskan kelas untuk mengerjakan PR. Sistemnya, saya tunjuk setiap siswa untuk mengerjakan soal yang berbeda. Lalu mereka harus mengerjakannya di whiteboard sekalian sehingga teman-teman mereka juga bisa mengkoreksi langsung. Gak lupa saya konfirmasi ke yang lain apakah mereka mengerti atau tidak. Setelah itu, setiap siswa/i yang udah selesai ngerjain di whiteboard, saya akan meminta mereka untuk mengerjakan soal selanjutnya.

Minggu, 14 Oktober 2012

Kiat dan Tips Membangun Les Privat

Kalo dengerin kata "bisnis", tak pelak lagi mindset kita pasti mengarah pada yang namanya duit. Pasti ngangguk. Yang jadi pertanyaan adalah seberapa besar keuntungan dari bisnis yang dijalani tersebut yang bisa didapat? Tentunya sangat tergantung dari ide yang dihasilkan dari pikiran dan besarnya usaha yang Anda keluarkan selama menjalaninya. Dalam tulisan saya kali ini, entah kenapa ingin sekali saya berbagi pengalaman saya dalam berbisnis "les privat" yang belum 1 tahun ini saya geluti. Percaya atau tidak, hasilnya lumayan lah buat online shopping hihihi (maklum, ibu rumah tangga! kerjanya apalagi selain ngurus suami ama rumah :D )

Nah, asal mula saya merintis usaha "les privat" ini adalah bermula dari rasa keputusasaan dalam menunggu kepastian masa depan, yaelaaah... Tapi beneran loh, soalnya waktu itu baru-baru lulus S1. Bayangkan, sarjana lulusan ITB adalah seorang pengangguran??? Apa kata dunia? (koq jadi mirip iklan pajak ya?). Sumpah, rasanya malu banget pas pulang kampung tiap ditanyain tetangga atau kerabat ortu. Ooo ini Lia yang di ITB ya? Udah lulus ya? Kerja dimana? Wakwaw.... Pertanyaan maut itu lah yang paling menyiksa batin seorang sarjana lulusan manapun, dikala belum ada satu perusahaan pun yang manggil buat tes. Bayangkan, CV sama Cover Letter bahkan legalisir ijazah pun udah duluan saya perbanyak semenjak masih di Bandung. Begitu berartinya menyandang status "karyawan" suatu perusahaan atau "pegawai" tepat saat setelah lulus kuliah. Sempat juga merasa diri "gak berguna" saat itu. Tapi Alhamdulillah, berkat dukungan mama yang memang punya darah seorang "pengusaha" berhasil meyakinkan saya untuk merealisasikan mimpi sejak kecil dulu, yaitu menjadi Bu Guru.

Apa yang saya lakukan? Nyaris tidak melakukan apa-apa. Soalnya hampir gak pake modal sama sekali. Mama juga yang membantu untuk melakukan publikasi ke tetangga-tetangga bahwa saya membuka les IPA dan Matematika, tak lupa Bahasa Inggris untuk anak SD.
Waktu itu setelah diskusi dengan mama soal harganya, kami sepakat Rp 5.000,-/ hari. Yup, saya pasang tarif per hari dengan jadwal menyesuaikan jam belajar di sekolah mereka tentunya. Saya hanya membutuhkan whiteboard, spidol berikut penghapus, ke warnet untuk ngumpulin soal-soal SD berbagai kelas. Sementara printer dan kertas HVS saya sudah punya. Awal-awal usaha ini menurut saya tidak saya jalankan secara profesional mengingat hanya bertahan 3 bulan karena mendapat panggilan beasiswa S2 ke Malaysia setelah itu.

Setelah menikah, saya memang udah sepakat sama suami bahwa saya gak berkarir. Ternyata, gak mudah untuk meninggalkan hal yang disukai begitu saja. Soalnya udah menjadi panggilan jiwa untuk mengajar :D kan cita-cita dari kecil hehehe... Setelah suami sepakat dengan ide saya untuk membuka les privat di desa Sangkima tercinta yang ada di pelosok kalimantan timur ini, berlanjutlah bisnis "les privat" yang sudah vacuum hampir 2 tahun. Nah, selama disinilah sampai sekarang saya mencobanya secara profesional karena melibatkan proses administrasi maupun keuangan serta sistem yang saya buat bersama seorang partner saya. Jadi, saya gak sendiri sekarang dalam menjalankan bisnis. Namun, ini hanya berlaku untuk siswa/i SD saja, sementara siswa/i SMP saya handle sendiri.

Nah, kami menamakan les privat kami sebagai "R&D Learning Consulting". Yang notabene R adalah inisial dari nama saya (Rosita) dan D untuk partner saya yaitu Dinna. Suami saya juga membantu dalam pendesainan logonya. Berbeda dengan sebelumnya, disini kami juga merancang selebaran (brosur) menarik untuk menggaet minat siswa atau orang tua mereka untuk mendaftar di lembaga les kami. Tidak tanggung-tanggung, suami juga mau memodali printer baru yang multifungsi (print, fotokopi dan scan). Hal ini sangat membantu sekali dalam mencetak selebaran yang telah saya dan suami desain. Disitu informasi lengkap, dari biaya, fasilitas yang tersedia, contact person, serta gambar-gambar untuk menarik perhatian. Tak kalah penting, kami juga menyediakan formulir pendaftaran yang telah didesain oleh partner saya. Setelah itu, saya pun menyebarkannya ke ibu-ibu pengajian :D. Strategi bisnis kami disini adalah publikasi dulu, terima formulir, baru lah kami mulai proses belajar-mengajarnya. Dan diluar dugaan, animo peserta dan ortunya untuk memasukkan les anak mereka sangat tinggi, mencapai 20 orang. Sementara target awal kami hanya 3 atau 5 orang saja yang mau ikut. Oya, kami hanya memberi les Matematika dan Bahasa Inggris.

Nah, sebelum proses belajar-mengajar, kami mengumpulkan modal awal sama banyak untuk membeli whiteboard, spidol, penghapus, poster dinding, kertas HVS ukuran A4, map-map penyimpan berkas. Saya yang sedari awal menginginkan lembaga konsultan pendidikan ini menjadi profesional (walaupun di pelosok), mewajibkan setiap anak memperoleh hak yang sama untuk mempunyai kartu bayar, kuitansi tanda terima (setelah pembayaran biaya bulanan), dan juga meja lipat per orang. Saya juga harus merelakan karpet lebar demi kenyamanan anak-anak belajar karena mereka kami tempatkan di garasi mobil yang sudah disulap menjadi ruangan belajar yang nyaman tentunya (belum punya mobil, soalnya rumah dinas :D). Alhamdulillah, les privat kami masih tetap bertahan terhitung sejak bulan Februari 2012 lalu. Syukur Alhamdulillah pula karena program ini pula saya terpilih sebagai finalist for Outstanding Young Alumni for Australian Alumni Award yang diselenggarakan di Hotel Four Season, Jakarta.

Gimana dengan siswa/i SMP? Tidak tanggung-tanggung, suami mau memodali AC 1/2 PK dan 3 set meja+kursi yang mampu menampung 12 peserta les, serta sebuah whiteboard raksasa yang hampir memenuhi dinding (soalnya bikin sendiri, beli kemahalan hihihi). Khusus siswa/i SMP lokasi belajarnya saya tempatkan di salah satu kamar yang tidak kami gunakan. Alhamdulillah peserta yang ikut terdiri dari siswa/i kelas 1 dan kelas 3 (untuk sementara). Tentunya dengan hari yang berbeda karena berbeda secara materi pelajarannya. Sementara ini peserta berjumlah 16 orang, yang ada kemungkinan bisa nambah. Aaamiiin.Untuk yang siswa/i SMP saya baru mulai sejak awal Oktober 2012 ini.

Buat teman-teman yang ingin bisnis les privat seperti saya, jangan ragu-ragu. Apalagi buat kalian yang punya bakat mengajar, yang masih kuliah n pengen nambah uang jajan maupun yang baru lulus sembari nunggu panggilan tes kerja ;). Jangan simpan untuk sendiri aja ilmunya ;) bagikanlah. Trus sebagai bentuk tanggung jawab, jangan ragu-ragu pasang tarif buat peserta, bisa per pertemuan, bisa pula bulanan seperti saya. Dengan jadi pengusaha, kita akan jadi bos untuk diri kita sendiri. Gak ada yang mengekang kita dan merintah-merintah kita untuk kerja. Bisnis atau bahasa kerennya entrepreneurship juga mengajarkan kita untuk mandiri, mampu mengatasi dan mencari jalan keluar terhadap berbagai masalah yang kita temukan selama menjalani usaha. Sehingga kita akan banyak belajar banyak tentang makna kehidupan. Kalau usaha kita semakin besar, kita tentunya tidak sanggup menjalaninya sendiri. Maka kita dengan sendirinya akan menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Itu artinya, kita dapat membantu sesama ;) Selain itu, keuntungan menjadi pengusaha adalah kita bisa mengeksplor segala kreativitas kita. Misalnya di les privat ini saya dan partner selalu membagikan lambang bintang yang saya print kepada anak-anak setiap nilainya bagus setiap pertemuan. Di akhir bulan, yang mengumpulkan bintang terbanyak akan kami bagikan hadiah untuk 3 peserta paling banyak bintangnya. Sangat senang melihat senyuman yang terpancar karena rasa bahagia dari mereka saat menerima hadiahnya. Bagaimana teman-teman mereka yang tidak mendapat hadiah? Mereka malah tambah semangat belajarnya dan berharap bulan selanjutnya merekalah yang mendapat hadiah ;). Itu salah satunya. Hal itu juga yang kami jadikan sebagai strategi agar anak-anak tidak keluar dari les privat kami :)

Nah, kalau kalian tidak mau pusing mikirin desain kuitansi, brosur, kartu bayar, mikirin logo serta formulir pendaftaran, jika berminat dapat menghubungi saya ke no hp: 0813-2209-5451 (sms only). Saya akan kirimkan dalam bentuk softcopy ke email kalian, tentunya setelah melakukan pembayaran yang hanya Rp 50.000 ke no. rekening MANDIRI ( 1480012526110 ) a.n Rosita Elianur. Modal yang sangat kecil karena dalam sebulan jalan, keuntungan yang akan didapat berlipat ganda dari modal. Karena saya sendiri sudah terlebih dahulu membuktikan, modal hanya Rp 50.000, dalam sebulan pertama mendapat 1,5 jutaan rupiah (karena ngajarnya berdua, bayangin klo ngajar sendiri :D). Daripada bisnis MLM yang sama sekali belum tentu balik modal, mending yang realistis aja ;). Buruan mulai, tunggu apalagi??? ;) Oya, saya juga bersedia koq kalo mau konsultasi gratis, tentunya setelah bekerja sama :D

Saya tunggu ya ;)

Baca juga:
Strategi Pengajaran dalam Les Privat 
Bisnis Online Daftar Gratis Dapat Duit


Kamis, 04 Oktober 2012

Mengupas Buku "Chairul Tanjung Si Anak Singkong"

Siapa yang belum baca bukunya "Si Anak Singkong"? Wah, rugi banget. Sumpah, ni buku benar-benar terasa hidup buat saya selama membacanya. Gimana gak, walaupun buku ini menceritakan tentang biografi seorang Chairul Tanjung, namun saat menyimak kisah beliau dalam buku yang ditulis oleh Tjahja Gunawan Diredja rasa-rasanya roh semangat perjuangan CT begitu terlihat (bukan hanya terasa). Sungguh hebat Pak Tjahja yang berhasil memprovokasi saya untuk mampu menyelesaikan bacaan yang berjumlah 384 halaman ini hanya dalam 5 hari saja.

Masih belum penasaran? Pasti bukunya tebal banget ya? Ya, sangat tebal. Tapi karena alur cerita dan perjalanan hidup CT yang begitu penuh perjuangan, banyak pelajaran yang bisa diambil dan sewajibnya dicontoh oleh para pelajar masa kini dan masa depan. Malu rasanya jika melihat kondisi anak muda Indonesia di jaman sekarang yang lagi marak2nya tawuran yang notabene berasal dari sekolah favorit. Mau dibawa kemanaaaa... pfiuuuuh... Miris deh kalo ngikutin gimana perjuangan CT saat beliau sekolah. Jadi, buat anak muda buku ini jadi bacaan wajib.

Beliau bukanlah anak satu-satunya dalam keluarga. Beliau punya kakak dan punya adik. Sama seperti anak-anak lainnya. Tidak ada yang spesial dari beliau di masa kecilnya. Keistimewaannya terletak pada orang tua beliau