Senin, 07 Maret 2011

Kehidupan Setelah Pernikahan

Aaahhhh... udah lama banget gak update lagi ni blog... Maklum, jaringan internet gak selancar lagi saat masih masa2 sekolah dulu :D kalo udah nyampe rumah mau connect internet mesti manual heheh...

Berbeda dengan yang sudah2, topik yang bakalan sering aq suguhin buat kamu mungkin akan lebih banyak tentang pernikahan... hihihi. Selain karena aq sedang mempersiapkan untuk hidup ke jenjang selanjutnya, hal ini juga menjadi bekal pengetahuan buat aq untuk selalu realistis dalam menanggapi segala hal, terutama dunia pernikahan. Aq yakin, buat kamu yang sudah menikah, kehidupan setelahnya kamu tau betul seperti apa. Sementara buat kamu yang masih 'single', akan banyak persepsi yang kamu terima berdasarkan hasil observasi dari orang terdekat kamu, keluarga, maupun kalangan artis, atau orang2 terkemuka. Baik itu positif maupun negatif.


Sebenarnya aq nulis topik ini karena ingin bertukar pikiran sama kamu. Soalnya, kemarin aq baru silaturahim ke rumah tetangga. Walaupun secara akademis dia lebih junior dari aq, tapi baru2 ini (saat aq kuliah S2 di Australia) dia menikah dengan mantan pacarnya :D... Geregetan juga sih, soalnya hare gene belum nikah2 hehe sementara temen2 yang seangkatan maupun adik kelasku kebanyakan udah pada menempuh hidup baru dengan pasangan hidup masing2 (enaknyaaaaaa....). Sempat juga tanya2 sama dia gimana kehidupannya setelah menikah. Namun respon yang aq dapatkan justru berbeda dengan kebanyakan, dari itulah aku jadi pengen berbagi pandangan sama kamu. Mungkin kamu tidak sependapat dengan aq.


dari sini
Pada umumnya sih, orang bakalan bilang kalo kehidupan setelah menikah itu bahagia banget. Apalagi kalo menikah dengan pasangan
yang sudah lama ia cintai. Gak sedikit juga orang justru bahagia setelah menikah dengan pasangan yang baru saja dikenalnya tidak lama sebelum menikah. Kebanyakan orang2 seperti ini optimis dengan hidupnya. Karena mereka yakin bahwa 'kalo jodoh gak kan kemana' atau justru bagi mereka yang religius akan yakin dengan pepatah 'jodoh di tangan Allah'.

Baru2 ini aq chat dengan sahabatku semasa kuliah dulu, dia bilang kalo menikah itu seru banget (bikin semangat kan kalo dibilang gini :D). Apalagi pacarannya justru semakin terasa setelah menikah. Saat aq tanyakan apa dia bekerja atau tidak, dia optimis menjawab "Ngga, Ros". Memang sih sebelumnya dia bekerja di salah satu perusahaan IT, namun setelah hamil besar dia memutuskan untuk berhenti. Hingga kini, anaknya sudah hampir 1 tahun dia merasa sangat senang menjadi manajer keluarga :). Alasannya adalah, dia merasa sangat senang sekali karena dia bisa melihat perkembangan anaknya setiap hari, dan keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga juga membuat suaminya tambah makin sayang sama dia. Walaupun dalam hati kecilnya dia masih ingin berkarir, namun untuk tidak mengurangi perhatian untuk buah hatinya, dia justru lebih senang untuk menjadi ibu rumah tangga. Aq pribadi yakin sekali, suaminya adalah seorang lelaki yang lembut, pengertian dan hangat. Makanya sahabatku ini merasa sangat senang dalam hidupnya

dari sini
Sementara itu, tetanggaku justru sebaliknya. Saat kutanyakan gimana kehidupannya setelah menikah, justru ia memasang raut wajah kusut. Padahal ia menikah dengan lelaki yang sudah lama ia kenali. Aq sedikit miris juga sih ngeliat dia yang kelihatan sangat kurus dibanding sebelum menikah dulu. Mungkin disebabkan oleh selama kehamilannya yang baru memasuki 1 bulan, ia tidak selera makan dan bawaannya muntah mulu. Tapi ia sendiri yang bilang kalo kawin itu gak enak (loh???). Dia malah merasa heran dengan pasangan2 yang 'kebablasan' sebelum menikah, kenapa mereka bisa seperti itu. Hmmm... buatku, pengisahan dari kata2nya cukup mengerikan buatku yang belum menikah ini hihihi... Tapi, berhubung realita, ya aq harus memperhitungkannya.

Mirisnya lagi adalah, suaminya tidak memiliki pekerjaan yang cukup stabil untuk membiayai keluarganya. Memang, saat mereka menikah terlihat bahwa pernikahannya hanya sekedar untuk memenuhi target untuk segera menikah dalam batas tempo tertentu. Selain itu, keluhan lain yang ia utarakan adalah penyesalannya karena tidak menyelesaikan pendidikannya (cita2). Ditambah lagi, suaminya yang super cemburuan tidak mengizinkan tetanggaku ini untuk meneruskan kuliah maupun bekerja. Padahal, kehidupan orang tua tetanggaku ini juga dalam kondisi yang memprihatinkan dan mereka masih tinggal bersama di rumah orang tua. Hmmm... Sedih memang kalo kalian liat sendiri.

Sangat kontroversi bagiku kedua cerita di atas. Aq menyimpulkan untuk meraih kebahagiaan kuncinya adalah sikap mental dari kedua pasangan. Tidak boleh ada yang dominan antar keduanya. Setiap pasangan suami istri harus saling mendukung dan saling mengisi kelebihan maupun kekurangan pasangannya. Selain itu, suami istri harus sama2 tau hak dan kewajiban masing2 dalam berumah tangga, sehingga kehidupan mereka punya landasannya dan memiliki aturan. Hal terpenting menurutku adalah, keduanya harus selalu belajar dari hidup masing2 dan orang lain, memiliki tujuan hidup yang sama dan komitmen dalam menjalani kehidupan, serta menggalakkan kebiasaan silaturrahim dengan kerabat dan sanak saudara.

***

6 komentar:

  1. Saling berkasihlah, tp jgn saling membelenggu satu sama lain, biarkan kebersamaan mengalir seperti air d antara pantai dua jiwa, yaitu jiwa kita n jiwa kekasih kita...jihehheee...


    Optimis, tujuan yg baik pasti akan berjalan baik jg... :)

    BalasHapus
  2. next, tulis tt hak dan kewajiban istri and suami yah... :)

    BalasHapus
  3. rosita, dapat award ya
    cek di blog rahmi :)

    BalasHapus
  4. @Tuan Muda: respon yang paling cucok untuk Tuan Muda "gw suka gaya loe" B-)

    @Ulfa: saran ditampung ^^

    @Ami: Rahmiiiiiiiiii... segera ke TKP ^^

    BalasHapus
  5. setelah menikah diperlukan adanya kerjasama begitu katanya, saya ndiri blm nikah hehe

    BalasHapus
  6. @Archer: katanya siapa ni Archer? ^^ walaupun belum menikah, tampaknya udah berpengalaman :D

    BalasHapus